Mohon tunggu...
Zulfaisal Putera
Zulfaisal Putera Mohon Tunggu... Administrasi - Budayawan, Kolumnis, dan ASN

Berbagi dengan Hati

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

'Sederhana'nya Urang Banjar

11 Juni 2016   10:30 Diperbarui: 11 Juni 2016   10:46 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kebanyakan urang Banjar yang sedang jalan-jalan ke Pulau Jawa, misalnya ke Jakarta atau ke Bandung, sering menemui hambatan komunikasi. Hal ini terjadi ketika urang Banjar bertanya kepada penduduk setempat tentang arah tempat atau jalan yang sedang dicari. Orang yang ditanya akan memberikan jawaban dengan menyebut arah mata angin, misalnya, “Dari sini ke Utara, terus nanti ke arah Barat”.

Jawaban yang harusnya sudah jelas itu ternyata masih membuat bingung urang Banjar. Bukan karena warga Banua tidak tahu istilah arah mata angin, melainkan takterbiasa menggunakan arah mata angin sebagai petunjuk arah. Di kampung halamannya, urang Banjar terbiasa hanya menggunakan kata ‘terus’, ‘belok’, ‘kanan’, dan ‘kiri’, ‘laut’ dan ‘darat’, atau ‘hulu’ dan ‘hilir’, tanpa perduli arah mata angin.

Kebiasaan di banua yang terbawa ke luar daerah juga sering membuat kaget sendiri. Misalnya, ketika pesan minuman teh di restoran, maka teh yang disuguhkan pelayan adalah teh tawar alias tanpa gula. Tentu mengagetkan karena kebiasaan di Banua dengan hanya menyebut ‘teh’ sudah mendapatkan teh manis, sementara di Jawa masih harus menyebut ‘teh manis’ dulu, baru diberi gula.

Namun, para pendatang yang tinggal atau pun sekadar bertamu di Banua pun sering dibuat bingung. Urang Banjar terlanjur menyederhanakan istilah ‘motor’ untuk menyebut mobil dan ‘sepeda motor’ untuk ‘motor’. Maka ketika menyatakan mau mengantar pakai motor, orang luar menyangka diantar pakai kendaraan roda dua. Padahal maksudnya menggunakan mobil.

Ada pengalaman menarik ketika menghadiri pertemuan Kerukunan Keluarga Kalimantan Selatan di Surabaya beberapa tahun lalu. Panitia lokal, yang notabene orang Jawa terpana ketika tujuh orang peserta yang urang Banjar datang ke tempat kegiatan menyatakan naik motor. Dengan penuh selidik, panitia menanyakan berapa buah motor. Jadi terhenyak ketika urang Banjar menunjuk sebuah mobil minibus.

Apa ini juga termasuk penyederhanaan bila untuk penyebutan ‘taksi’ bagi urang Banjar adalah untuk mobil angkutan kota dengan penumpang yang duduk berhadap-hadapan. Bahkan ditambah dengan warna mobilnya seperti ‘taksi kuning’ atau ‘taksi hijau’ untuk lokasi trayeknya. Padahal ‘taksi’ bagi orang luar adalah mobil sedan pakai AC. Sementara bagi urang Banjar taksi demikian disebut dengan ‘taksi sedan’, ‘taksi colt’, atau ‘taksi argo’.

Perbedaan lubuk menjadikan lain ikannya. Penggunaan istilah yang digunakan urang Banjar dengan orang luar daerah menimbulkan perbedaan pemahaman antara keduanya. Jika diperhatikan, maka pengertian akan suatu istilah bagi urang Banjar sangat sederhana atau disederhanakan. Apakah ini juga mencerminkan kebiasaan berpikir urang Banjar yang sangat praktis dan tidak mau bangalih-ngalih.

Kalau cerita yang satu ini ada kesan urang Banjar ‘agak sombong’ walaupun di baliknya ada usaha menyederhanakan masalah. Percayakah bahwa Banua Banjar tidak pernah Banjir walaupun dilewati banyak sungai dan dikepung lautan. Tentu bagi orang luar hal ini luar biasa. Jika bagi orang Jakarta dan kota kota lain, ketinggian air 2 cm saja setelah hujan disebut banjir, apalagi sampai setinggi rumah, maka bagi urang Banjar itu cuma disebut calap atau menggenang saja. Akan diakui sebagai banjir kalau rumah sudah tenggelam. Jauhkah bala! ***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun