Mohon tunggu...
Zulfaisal Putera
Zulfaisal Putera Mohon Tunggu... Administrasi - Budayawan, Kolumnis, dan ASN

Berbagi dengan Hati

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Puisi itu Berjudul "Proklamasi"

30 Agustus 2014   03:32 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:08 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Setiap anak bangsa pasti akan bergetar hatinya jika setiap hari-hari 17 Agustus-an ini mendengar kembali rekaman suara Soekarno yang sedang membacakan teks Proklamasi. Kejelasan artikulasi setiap aksara, dinamik yang cermat pada bagian-bagian kalimat tertentu, intonasi dengan ritme yang indah, ditambah dengan warna vokal yang khas, makin menunjukkan karisma pembacanya. Soekarno memang taksekadar orator yang ulung, tetapi juga pembaca teks yang cakap.

Khidmatnya pembacaan teks proklamasi tersebut juga taklepas dari kekuatan teks tersebut, yang bukan sekadar sebuah writerly, teks yang literal, tetapi juga readerly, teks yang terbuka, seperti teori yang dikemukakan Barthes dalam bukunya S/Z. Soekarno mampu menginterpretasi makna teks tersebut sehingga mampu melisankannya dengan hidup. Teks tersebut bukan sekadar memberi kekuatan aktif dari pembacanya (active power of reader), tetapi juga kenikmatan indrawi dalam membacanya (sensual pleasures of reading).

Keharmonisan itu taklepas dari kepiawaian penyusun teks tersebut, dalam sejarah disebutkan teks Proklamasi dirancang oleh Soekarno, Hatta, dan Achmad Soebardjo. Penyusunan naskah dalam setengah malam itu mampu memberi ruh yang luar biasa pada 32 buah kata dalam tiga kalimat pada teks tersebut. Bagian pertama berisi pernyataan, bagian kedua aktivitas yang dilakukan akibat dari pernyataan itu, dan bagian ketiga identitas tempat dan waktu dan siapa pembuat pernyataan.

Jika mencermati pemilihan kata dan istilah yang digunakan dalam susunan redaksi yang sebenarnya sangat sederhana itu, maka saya beranggapan bahwa teks Proklamasi bisa juga dianggap sebagai sebuah puisi. Jika Sutarji Coulzoum Bachri menyatakan bahwa teks Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928 itu sebuah puisi besar yang pernah tercipta dalam sejarah bangsa ini (Kompas, 1 Juni 2001), maka teks Proklamasi, 17 Agustus 1945 adalah puisi besar berikutnya.

Menurut Bachri, puisi yang besar adalah puisi yang mampu memberikan inspirasi dan hikmah bagi banyak orang, bahkan bisa memberikan inspirasi bagi masyarakat dan bangsa. Hal ini tentu masih bisa diperdebatkan karena puisi semacam teks Sumpah Pemuda, menurut Bachri, atau teks Proklamasi, menurut saya,  ini tidak pernah dimasukkan dalam pembicaraan mengenai puisi selama ini.

Cobalah kita butiri satu persatu diksi dalam teks Proklamasi, sebenarnya sudah memenuhi kriteria sebuah teks puisi masa kini. Kita bisa bandingkan dengan teks puisi dengan gaya prosa seperti yang ditulis Taufiq Ismail dan Sapardi Djoko Damono. Bahkan penyair Hamid Jabbar pernah membuat parodi teks Proklamasi dengan puisi berjudul “Proklamasi 2” yang tetap diakui sebagai puisi  di kalangan penyair atau pengamat sastra. Suasana yang ada dalam larik-larik teks Proklamasi memang  bersifat imajinatif. Sesuatu yang waktu masih sebuah keinginan dan tekad, belum ada adalam realitas, Inilah yang disebut dalam konteks politik, teks sebagai tekad untuk membuat imagined society.

Kekuatan teks Proklamasi, seperti juga teks Sumpah Pemuda, adalah kemampuannya menemukan sesuatu yang dicari dalam puisi besar, yaitu kata-kata, yang menurut Bachri, in absentia dalam masyarakat pada umumnya. Kata-kata kemerdekaan Indonesia, pemindahan kekuasaan, dan atas nama bangsa Indonesia, adalah kata-kata ‘futuristik’ yang saat itu belum ada dalam keseharian masyarakat Indonesia, masih in absentia. Para penyusun teks Proklamasi, yang bolehlah juga disebut para penyair itu, sangat cerdas memasang kata-kata yang hampir 3,5 abad dirindukan itu. ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun