Sebuah bangunan di jalan A. Yani 39, Surakarta, bisa menjadi saksi ketika sebuah lagu daerah Banjar yang sangat melegenda direkam di tempat itu. Ketika itu tahun 1959, Lokananta, sebuah studio rekaman milik Jawatan Radio Republik Indonesia, menjadi wadah sekelompok anak muda Banua yang tergabung dalam Orkes Melayu Rindang Banua merekam lagu Paris Barantai dalam piringan hitam. Salah satu personil orkes sekaligus pencipta lagu itu adalah Anang Ardiansyah.
Anang mulai bergabung dengan Rindang Banua pimpinan dokter Sarkawi di Surabaya. Anang hijrah ke Surabaya selepas menamatkan Taman Dewasa (1957) di Banjarmasin untuk melanjutkan di SMA Islam Malang. Anang dipasang sebagai gitaris di Rindang Banua melengkapi Adi Maswardi, Saleh Salfas, dokter Bardawi, dokter Arsyadi dan lain-lain sudah lebih dulu. Di Surabaya inilah lagu Paris Barantai yang menggambarkan keindahan gunung di Kotabaru diciptakan Anang, sekalipun saat itu belum pernah melihat Kotabaru.
Awal penciptaan Paris Barantai adalah ketika Anang remaja janji bertemu dengan seorang polisi wanita sekaligus seniman gandut Jawa Timur bernama Suparis. Anang mengembangkan nada lagu gabungan latin dan japin setelah mendapat pancingan nada dari Suparis. Syair lagu pun digarap berdua Suparis. Apakah kata “Paris” dari judul Paris Barantai itu sebagai ucapan terimakasih terhadap Suparis, wallah hu alam.
Anang dikenal sosok yang mudah bergaul. Saat bersekolah di SR, Anang yang ketika itu tinggal di Pasar Lama bergaul dengan Pak Alus, pimpinan orkes Melayu saat itu dan belajar gitar keroncong darinya. Saat usia SMP, sambil melakukan hobi menontonnya Anang berkenalan dengan Yanuah Sihaya, pimpinan alat musik tiup yang tampil menjelang pemutaran film di bioskop Reks (Dewi). Dari Pak Yanuah inilah Anang belajar accord musik seminggu sekali di rumah beliau di jalan Kalimantan.
Dari pergaulan inilah seorang Anang Ardiansyah akhirnya sangat piawai bermusik. Kegairahan menulis lagu Banjar diawali dengan anjuran Pak Yusi, Pangdam X Lambung Mangkurat saat itu, ketika mengunjungi pemain Rindang Banua agar mereka mencipta lagu Banjar. Setelah itu terciptalah beberapa lagu. Salah satu yang menggugah seorang Anang adalah lagu Kapal Api Gandengan Dua karya Rivai. Menurutnya, lagu itu memberi dasar irama lagu Banjarnya.
Mulailah Anang menulis lagu Banjar yang pertama berjudul Pancarekenan, sekitar 1950. Setelah itu, dari tangan dingin dan insting bermusiknya, Anang berhasil menciptakan sampai 103 judul lagu Banjar. Lagu Banjar yang diciptakannya diakuinya dipengaruhi lagu Melayu dan sebagian Dayak, Cina, Jawa, dan Arab. Kombinasi ini akhirnya menciptakan cengkok khas lagu Banjar. Sementara untuk liriknya, Anang lebih dominan menggunakan pantun dan syair.
Anang taksekadar meletakkan dasar lagu Banjar. Anang juga menyisipkan pesan moral dan keagamaan dalam liriknya. Siapa pun yang mendengar lagu lagu Banjar karya Anang, bukan hanya dapat merasakan bagaimana Banjar dengan segala kehidupan sosial budayanya, tetapi juga pesan yang dalam bagaimana urang Banjar merawat adat dan etika, termasuk religiusitasnya. Inilah yang membedakan lagu karya Anang Ardiansyah dibanding pencipta lagu Banjar lainnya.
Sekarang semua itu tinggal kenangan. Anang Ardiansyah telah berpulang ke rahmat Allah, tepat diusia 77 tahun 96 hari, pada hari Jumat, 7 Agustus 2015. Anak tunggal pasangan Masran dan Noor Cahaya yang punya segudang pengalaman, tidak hanya bidang seni, tapi juga di bidang militer dan politik itu, telah meninggalkan sesuatu yang sangat berharga bagi Kalimantan Selatan, juga bagi Indonesia, yaitu lagu-lagu karyanya.
Anang Ardiansyah dan lagu Banjar karyanya adalah aset budaya Banua. Takcukup sekadar menyebutnya seorang maestro. Anang Ardiansyah juga pahlawan budaya karena mampu melakukan revolusi dalam penciptaan khazanah lagu Banjar. Kita patut berterima kasih kepada almarhum dan melepasnya dengan ikhlas. Sekarang kita hanya bisa menikmati kenangan bersamanya melewati nada dan pesan yang diwariskannya. Selamat jalan abah Anang! ***
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI