Mohon tunggu...
Zulfaisal Putera
Zulfaisal Putera Mohon Tunggu... Administrasi - Budayawan, Kolumnis, dan ASN

Berbagi dengan Hati

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pangkas Rambut Nasional, Mencukur Nasib

13 September 2021   01:47 Diperbarui: 13 September 2021   01:49 417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah bangunan tua memanjang dengan jendela dan pintu yang lebar menyempil di antara toko-toko masih menampakkan suasana masa lalu. Masyarakat Banjarmasin, terutama yang lalu lalang di jalanan Hasanuddin HM atau pasar Sudimampir pasti tahu bahwa di sanalah jutaan kepala orang Banjar pernah pasrah dicukur rambutnya. Ya, itulah tempat tukang cukur bersejarah banua, Pangkas Rambut Nasional. Terletak di bangunan nomor 23 yang berdiri sejak 1973 tersedia meja kursi cermin dan peralatan cukur serta gambar dinding beragam gaya model rambut.

Pernah mengalami masa jaya dan laris manis sebagai tempat bercukur ketika pertokoan di jalan Hasanuddin H.M masih semarak, ditambah keramaian Pasar Sudimampir dan Bioskop Ria di seberangnya. Didirikan oleh sepasang suami istri asal Madura yang bernama H Ramli dan Hj Ramlah, dengan puluhan tukang cukur yang pada umumnya anak-anak dan keluarganya. Saat itu salon belum sesemarak sekarang, maka itu dari rakyat biasa sampai pejabat pernah bercukur di sana.

Bagaimana kondisinya sekarang, terutama ketika dilarang parkir kendaraan di depannya dan makin sepi kondisi pasar di sekitarnya. Semakin tahun semakin berkurang pelanggannya. Apalagi tukang cukurnya tinggal 5 orang, setelah satu satu meninggal dan Hj. Romlah pemiliknya pun telah wafat. Taklagi terlihat antri seperti dulu. Mulai sepi, demikian simpulannya.

Seperti malam itu, saat aku bercukur rambut, hanya terlihat dua pencukur. Cahaya lampu neon dari dalam ruang tetap terang benderang, kontras dengan suasana di sekitarnya yang redup dan sepi. Namun, nuansanya tetap nostalgik karena hampir semua perlatan cukur, seperti kursi, alat cukur, dan warna hijau di dinding yang takpernah berubah.

Tampaknya Pangkas Rambut Nasional bakal terus mengalami masa sepi pelanggan. Dan bisa jadi akan bubar bila tidak ada regenerasi tukang cukur baru. Dan bisa jadi pula bangunan bergaya klasik itu akan berubah menjadi ruko modern karena harus terjual akibat takada lagi rambut yang berkenan datang untuk dicukur. (Zf)

* Tulisan ini dibuat 19 Oktober 2017. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun