Yang harus dihindari adalah jangan sampai kita melakukan terapi, semacam berjemur itu justru ketika sedang terpapar. Sebelumnya tidak pernah dilakukan sama sekali karena berjemur dikhwatirkan akan membuat kulit menghitam. Apalagi bila sembuh dari terpapar covid sudah malas berjemur. Saya bukan dokter, tetapi saya berpendapat salah satu pembentuk imun tubuh kita dari berjemur jadi melemah lagi bila kegiatan itu tidak dilakukan. Sayang sekali, sinar matahari yang gratis diberikan Tuhan tidak kita manfaatkan semaksimaL mungkin justru ketika kita membutuhkan.
Di masa pandemi dengan virus covid-19 yang makin menggila ini tidak salahnya kita menyediakan persiapan segalanya. Ini bukan mendoakan bahwa nanti pasti akan terpapar, tetapi persiapan itu diperlukan agar ketika terpapar, kita punya solusinya. Salah satu yang saya lihat adalah banyaknya rumah tangga yang berburu oksigen. Yang paling laris dan dicari adalah oksigen tabung 1 m3. Alasannya ya jaga jaga. Saya sepakat karena ketika virus itu sudah mulai memakan oksigen di paru-paru, maka oksigen tabung itulah pertolongan pertama sebelum ke rumah sakit. Namun, soal memiliki tabung oksigen ini jika memang ada kemampuan untuk membelinya,
Hal lainnya adalah ramainya rumah tangga yang mengoleksi vitamin berbagai macam. Ada vitamin C, vitamin D3, dan Vitamin B Complex. Vitamin demikian banyak diproduksi oleh berbagai perusahaan. Vitamin dengan merk tertentu yang terkenal sudah mulai susah dicari di apotek. Kalau juga tersedia, harga sedikit ada kenaikan. Begitu pula, ramainya pembelian rempah semacam jahe merah dan kunyit. Yang ingin praktis hanya membeli minum suplemen semacam itu dalam bentuk instan bungkusan. Kalau ditanya mengapa mereka berburu dan mengonsumsi itu, jawabannya tentu, selain memang lagi terpapar, juga jaga jaga kalau terpapar.
Sikap sudah menyediakan jamban sebelum keinginan buang air besar mendesak itu tentu perlu ditiru. Saya teringat bagaimana para orang tua yang mengasuransikan pendidikan anak-anaknya ketika anak-anak itu masih kecil. Alasannya tentu, agar ketika nanti anak-anak itu remaja dan dewasa terjamin biaya pendidikannya. Apalagi umur orang tuanya bisa saja sudah habis sebelum anak-anaknya remaja atau dewasa. Dengan demikian takada kekhawatiran akan jaminan pendidikannya kelak.
Persoalan asuransi ini juga mengingatkan kita akan pentingnya ikut BPJS, misalnya. Ada banyak orang yang bersyukur karena sudah ikut BPJS. Ketika sakit dan memerlukan penanganan pengobatan yang tidak sedikit biayanya, mereka merasa sangat terbantu oleh BPJS. Dan tidak merasa menyesal atau keberatan lagi harus membayar iuran bulanannya. Ada juga segelintir orang yang tiba tiba mengurus keanggotaan BPJS-nya justru ketika sedang sakit. Masih untung jika bisa diurus dan bisa diklaim secara cepat. Namun, sikap demikian ya seperti peribahasa handak bahiran hanyar mancari luang.
Saya pikir, yang perlu kita lakukan di masa masa sulit seperti ini, di masa pandemi, di masa perekonomian susah, di masa persaingan yang begitu tinggi, menyiapkan solusi permasalahan terlebih dahulu sebelum masalah itu meledak, sangat penting. Terkadang dalam keadaan terdesak kita tidak bisa berpikir normal dan tenang. Justru jika sekarang disiapkan, kita bisa lebih cermat dan bijak. Semoga semua baik-baik saja dan kita dapat terus memberikan yang terbaik untuk diri kita, keluarga, sahabat, dan orang-orang di sekitar, dan bangsa kita. (Zf)
Banjarmasin, 31 Juli 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H