Mohon tunggu...
Zulfaisal Putera
Zulfaisal Putera Mohon Tunggu... Administrasi - Budayawan, Kolumnis, dan ASN

Berbagi dengan Hati

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Halaman Sastra dan Lelaki Gondrong

20 Juni 2016   18:33 Diperbarui: 20 Juni 2016   19:59 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut survey Nielsen Indonesia, halaman sastra di koran, yang memuat cerpen dan puisi, adalah halaman yang tidak laku. Tidak laku di sini, bisa jadi tidak punya nilai komersil. Yang pasti, tidak banyak yang baca. Pembacanya bisa dihitung dengan jari. Itu pun hanya penulis yang karyanya dimuat dan teman-teman penulis tersebut sesudah diberi tahu bahwa karyanya masuk hari itu.

Tidak heran, saat ini, sudah takbanyak lagi, bahkan juga bisa dihitung dengan jari, koran di Indonesia yang menyediakan halaman khusus sastra. Di jaringan terbesar koran Tribunnews sendiri, hanya 4 koran yang masih ada halaman itu, yaitu Kompas, Serambi Indonesia, Tribun Jabar, dan Banjarmasin Post. Dan sedikit koran lagi di jaringan media massa lain serta koran mandiri di daerah.

Bolehlah saya menyebutkan hanya koran yang ber’iman’lah yang masih rela membuang-buang satu halamannya untuk menampilkan karya sastra para penulis. Kepercayaan bahwa sastra masih penting dan perlu ditampilkan di koran. Tentu, ada risiko harus keluar duit membayar honor penulisnya. Bayangkan kalau halaman itu dijadikan halaman iklan saja atau advertorial pejabat, ratusan juta bakal masuk manajeman.

Itu sekelumit ringkasan omongan Kang Yusran Pare, mantan Pemimpin Redaksi Banjarmasin Post (Desember 2008 – Maret 2016) yang masih saya rekam dengan baik. Saat itu, 30 September 2013, saya diajaknya makan berdua di sebuah restoran Jepang di Duta Mall setelah sebelumnya obrol banyak juga di ruangnya di kantor Bpost. Malam itulah saya mendengar komitmen Yusran Pare untuk tetap mempertahan halaman sastra di Banjarmasin Post.

Kehadiran Banjarmasin Post sejak awal di bumi Antari ini memang takbisa dilepaskan dengan sastra. Ketika pertama terbit 2 Agustus 1971, koran ini sudah punya rubik ‘Perspektif’, yang memuat seni dan budaya. Dan mulai liat sejak 27 Oktober 1978 dengan rubrik ‘Dahaga’ yang memuat karya puisi setiap hari sehingga akhir tahun 70 dan sepanjang 80-an itu Bpost dikenal sebagai satu satunya koran di dunia yang menampilkan puisi setiap hari.

Setelah terbit tiap hari, dua kali seminggu, dan akhirnya seminggu sekali, rubrik Dahaga akhirnya di’mati’kan pada 17 Desember 2001. Alasannya saat itu bisa mirip seperti yang ditulis pada bagian awal. Bisa jadi pula karena sudah wafatnya satu persatu dari ketiga pengasuh rubrik tersebut. Namun, seperti mimpi, Dahaga kembali dimunculkan akhir 2007, justru ketika halaman sastra di koran koran lain mulai ditiadakan.

Di sinilah peran Pemimpin Redaksi (Pemred) saya anggap sangat menentukan. Pemred, bisa berkuasa membunuh atau menghidupkan lagi halaman sastra dengan alasan apa pun. Taksalah jika kita harus mengapresiasi seorang Pemred seperti Yusran Pare yang telah memberikan ruang di koran ini untuk karya sastra. Sebuah cerpen, beberapa puisi, bisa hadir secara rutin tiap hari Minggu di Banjarmasin Post tanpa absen.

Yusran Pare telah mengakhiri tugas mulianya di Banjarmasin Post dan mengembang tugas baru di Tribun Jateng. Lelaki berambut gondrong berbaju hitam ini yang juga suka menghadiri kegiatan-kegiatan sastra di Banua ini ikut memberi warna bagi sejarah perkembangan sastra di daerah ini. Dia telah membuktikan bahwa koran tetap berwibawa dan bernilai dengan keberadaan halaman sastra.

Sekarang Bpost telah digawangi oleh Musyafi’ alias Syafik yang sebelumnya dari Tribun Jateng. Dalam pertemuan saya dengannya, Rabu, 16 Maret 2016, Syafik menyebut bahwa halaman sastra itu ‘jimat’ dalam sebuah koran. Jimat itu takpernah dianggap tapi membuat kekuatan dan kharisma bagi pemakainya. Saya melihat sebuah alamat baik dari Pemred baru yang juga berambut gondrong ini, bahwa halaman sastra masih akan ada di Banjarmasin Post. ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun