Mohon tunggu...
Zulfaisal Putera
Zulfaisal Putera Mohon Tunggu... Administrasi - Budayawan, Kolumnis, dan ASN

Berbagi dengan Hati

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dendam Gurindam

30 Juni 2014   06:14 Diperbarui: 18 Juni 2015   08:13 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Takada catatan yang jelas apakah Gurindam juga dikenal dalam sastra lisan Banjar. Gurindam sebagai salah satu bentuk puisi lama lebih dikenal dalam sastra Melayu lama yang populer di masyarakat Melayu, terutama daerah Sumatera. Sementara sastra lisan Banjar lebih mengenal madihin, syair, pantun, mantra, paribasa, ungkapan, cacapatian, mahalabiu, karmina, andi-andi, dindang, dundam, pandung, dan lamut.

Gurindam berasal dari bahasa Tamil (India),  kirindam, yang berarti ‘mula-mula amsal, perumpamaan’. Atau dalam bahasa Sanskrit, dimaknai sebagai ‘rangkap yang menjadi bidalan’. Gurindam terdiri dari dua larik dalam satu bait bersajak a-a. Walaupun dua larik, sebenarnya gurindam merupakan satu kalimat, seperti sebuah kalimat majemuk, dengan hubungan sebab-akibat atau syarat-hasil untuk masing-masing larik.

Gurindam pada umumnya berisi nasihat. Pada contoh Gurindam yang sangat dikenal masyarakat dan diajarkan di sekolah-sekolah, yaitu Gurindam 12 karya Raja Ali Haji (1808-1873) tampak jelas ayat-ayat nasihat bagaimana agar hidup selamat dunia akhirat yang dikelompokkan dalam dua belas tema. Takheran jika di daerah asalnya, Sumatera, Gurindam lebih dikenal dengan sebutan Muslihat Aceh, Gurindam Barus, dan Lagak Minang.

Jika sekarang pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sedang gencar-gencarnya mengangkat kembali persoalan pentingnya pendidikan karakter kepada seluruh anak bangsa, maka Gurindam sudah lama mengangkat persoalan tersebut sebagai isu utama. Melalui tutur kata yang lembut dalam bahasa apa adanya pada setiap lariknya, Gurindam memberikan papadah kepada kita dengan syarat dan solusi yang pasti.

Dengan melihat manfaat Gurindam yang begitu besar bagi pembentukan karakter pembacanya dan belum terlihatnya Gurindam ditulis oleh orang Banjar itulah, saya tiba-tiba berkeinginan menantang seorang Iberamsyah Barbary, untuk menulis Gurindam. Gayung pun bersambut, penyair kelahiran Kandangan, 1948, yang telah menghasilkan tiga antologi puisi itu ternyata mampu menyelesaikan tantangan itu dalam 3 bulan.

Maka lahirlah sebuah buku Gurindam karya asli urang Banua yang sangat fenomenal. Gurindam yang ditulis dalam bahasa Indonesia dan dalam bentuk cetaknya didampingi terjemahan bahasa Inggris itu, terdiri dari 1001 ayat yang terkelompok dalam kurang lebih 143 pasal. Dengan pasal dan ayat yang begitu banyak, takheran ada banyak persoalan yang bisa diungkap oleh penulisnya. Dan hal ini berujung ada banyak nasihat yang disampaikan.

Sebagai bangsa Indonesia (baca: Melayu), apalagi sebagai orang Banjar, kita patut bangga dan menyambut gembira lahirnya karya Gurindam yang ditulis oleh urang Banua ini. Walaupun takbisa dibandingkan dengan kebesaran dan kesejarahan Gurindam 12 karya Raja Ali Haji yang hanya terdiri 81 ayat, tetapi Gurindam 1001 yang ditulis Iberamsyah Barbary ini akan menjadi catatan tersendiri bagi sejarah dan perkembangan sastra Indonesia.

Apalagi di tengah hiruk pikuknya persoalan bangsa dan negara dan berseraknya dampak perkembangan iptek yang berpengaruh kepada krisis keteladanan, maka kehadiran Gurindam akan dirasakan sebagai dendam yang mampu menyejukkan kegerahan hidup anak bangsa. Bahwa untuk mengingatkan sesuatu akan kebenaran kepada siapa pun, takperlu dengan bahasa kasar dan instruksional. Cukup menyampaikannya melalui nasihat yang halus dan bijak dalam sebuah bait Gurindam. ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun