“Segala apapun yang terjadi atau dialami seseorang dalam hidup bukan menjadi alasan untuk berhenti berkarya dan berbuat baik kepada sesama manusia, Tuhan memang menciptakan manusia dengan berbagai karakter, akan tetapi di setiap karakter tentu tersimpann kelebihan dan kelemahan. Kewajiban manusia bukan mengungkit-ungkit hal itu, akan tetapi melengkapi apa yang kurang dan mengurangi bila berlebihan.”
Pelangi, adalah seorang gadis kecil berbakat yang hidup dalam keluarga berkecukupan. Ia memiliki orangtua yang baik dan selalu mendukung apapun yang ia kerjakan, terutama bundanya. Palangi ini di mata keluarga benar-benar bak seperti pelangi yang indah, sebab dengan kepolosannya ia seringkali memunculkan imajinasi yang dituangkannya dalam sebuah cerita dongeng. Meskipun dongengnya sangat sederhana, akan tetapi cukup membanggakan orangtuanya. Hingga suatu hari ketika ia akan mengikuti sebuah lomba ia berbincang-bincang dengan bundanya.
”Bunda, bunda tau gak Pelangi mau ikut lomba loh?” ucap Pelangi dengan wajah merona.
“Wah, lomba apa sayang? Kamu kok baru ngomong bunda sih?” jawab bundanya Pelangi sambil mencolek hidung pelangi.
“Biarin, Pelangi memang sengaja kok, aku mau lomba mendongen bun. Pokoknya bunda pas aku lomba harus datang. Yah bun?” pinta Pelangi sambil memeluk bundanya.
Bundanya mencium Pelangi, “Iya sayang, tapi cerita dulu dong ke bunda, kamu mau bawain dongeng apa nanti?”
“Rahasiaaaa….” Jawab Pelangi sambil berlari.
Semenjak itu Palangi mulai sibuk dengan membuat cerita-cerita dongeng tetapi tidak boleh ada seorangpun yang boleh mengetahui cerita dongengnya. Hingga suatu malam, ketika ia selesai makan malam dengan ayah dan bundanya, ia langsung bergegas menuju kamarnya.
“Yah, Bun, Pelangi bobok dulu yah?” ucap Pelangi dengan tertawa bahagia.
“Pelangi bentar dengerin bunda, jangan lupa cuci kaki sama gosok gigi sayang” teriak bundanya Pelangi.
“Ia bunda sayang” jawab Pelangi namun kembali lagi untuk mengecup pipi ayah dan bundanya.