Mohon tunggu...
Zulfahmi.M
Zulfahmi.M Mohon Tunggu... Guru - Dad, Translator, Teacher

Simple Teacher

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Manjadi Guru yang Disegani bagi Siswa "Bermasalah" di Sekolah/Madrasah Bermasalah

11 Desember 2020   12:21 Diperbarui: 11 Desember 2020   12:30 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Setiap satuan pendidikan tidak luput dari siswa bermasalah. Siswa sekolah favorit pun akan tetap memiliki masalah tersendiri walaupun itu hanya masalah kesulitan belajar. Berbeda dengan sekolah, katakanlah itu sekolah/madrasah pinggiran/ "sekolah penampung" yang menampung siswa yang kurang beruntung karena berbagai faktor. Tentunya mereka tidak akan terlepas dengan masalah. 

Hal yang membedakannya adalah bentuk masalah yang mereka hadapi. Mungkin bentuknya akan lebih komplek dari sekedar kesulitan berlajar.  Ironisnya adalah keberadaan tenaga atau ahli yang menangani masalah di sekolah/madrasah seperti  ini jauh lebih menyedihkan. Di sekolah/madrasah seperti ini hapir tidak memiliki guru BK tersebut. Jumlah siswa menjadi salah satu faktor utama, karena jumlah seorang guru BK memiliki jumlah siswa  minimal tertentu untuk dibimbing sehingga terpenuhinya syarat keberadaan seorang guru  BK kecuali tersedianya tenaga sukarela yang sedang mencari kesempatan sekolah lebih baik atau sekedar mencari pengalaman. 

Kondisi tersebut menjadi semua guru menjadi akan konselor untuk semua masalah siswa. Bahkan kepala sekolah, wakil kepala, wali kelas  lebih banyak menghabiskan waktu menyelesaikan masalah-masalah mereka yang komplek dalam belajar. Bahkan yang sering terjadi adalah pelimpahan masalah dari guru mata pelajaran ke wali kelas, kemudian ke wakil kepala hingga kepala sekolah. Muaranya adalah pemberhentian atau  wajib pindah ke sekolah lain. Dalil yang paling banyak digunakan adalah "kami tidak mampu membimbingnya".  Keputusan tersebut dari kesimpulan yang paling umum yaitu  'pemalas', 'tidak sopan', dan 'nakal' sehinagga mengganggu proses belajar mengajar. 

Berbeda halnya dengan siswa yang memiliki kepekaan yang baik. Mereka berusaha untuk bertahan dengan segala bentuk sangsi. Biasanya kemampuan bertahan tersebut   dikarenakan adanya satu atau dua orang guru yang disegani (didengar nasihatnya). Menurut mereka guru tersebut memiliki kelebihan dan daya tarik tersendiri sendiri untuk menjadikan mereka betah dan bertahan.  

Dari beberapa kasus yang saya temui,  kecenderungan guru tersebut bukanlah guru hebat atau pintar dengan ilmunya, berprestasi dalam lembaga, memiliki segudang sertifikat pelatihan, namun guru biasa yang memiliki tingkat kepedulian yang tinggi  terhadap nasib dan penderitaan siswanya. Kehadiran mereka mampu mengurangi derita dan beban pikiran  belajar meskipun hanya sedikit.  

Ada beberapa hal yang dimiliki oleh guru seperti ini menurut saya terkadang tidak menarik oleh guru lain untuk mencobanya. Pertama guru tersebut sangat terbuka dan mempu mengenali siswanya lebih dalam lagi dengan ilmu pengetahuan lain seperti mampu membaca pikiran siswa, karakter dan kebiasaanya rutinitas diluar jam belajar. Salah satunya adalah penguasaan tentang parapsikologi seperti grafologi dan sejenisnya yang berkaitan dengan membaca pikiran dan kepribadian seseorang. Konseling yang mereka lakukan dapat membuat siswa yang sangat, pemarah menjadi beruraikan air mata. Cara seperti ini ini membuat siswa menjadi manut akan nasihat-nasehatnya. Terkadang semakin sering curhat sehingga guru mengenali lebih inten prilaku, keluarga dan ambisis si anak tersebut. 

Kedua kedekatan siswa dikarena guru memiliki kelebihan  unik dan menarik siswa,  seperti bela diri, seni, scout, atau skill lain yang dapat diajarkan dan dapat dipelajari siswa  oleh siswa tanpa ditugaskan khusus oleh pihak sekolah. Mereka membimbing siswanya tanpa pamrih dan mengajak siswa mempelajari untuk tujuan tertentu seperti kompetensi-kompetensi atau even tertentu. Hal ini  lebih  mampu menarik hati siswa untuk tetap betah dan bertahan dari tekanan guru-guru lain yang mencapkan negatif atau hanya memprioritaskan belajar-belajar aspek kognitif. 

Ketiga dikarenakan power seorang guru yang dimilikinya  di lembaga tersebut. Mereka mampu menghitam putihkan perkara disekolah dengan cara berdiskusi tanpa arogan. Biasanya ini sering dilakukan oleh wakil kepala atau kepala sendiri. Pendekatan yang mereka lakukan dapat meluntuhkan kekerasan hati yang siswanya. Sikap seolah-oleh melindungi siswa dari tekanan guru dan aturan lain,  menjadi siswa merasa mendapat naungan untuk tetap bersemangat dan mau mengikuti saran dan nasehat yang diberikan. 

Ketiga kemampuan tersebut dapat saja dimiliki oleh semua guru sehingga guru akan merasa disegani dalam menuntun siswa bermasalah di sekolah/madarsah juga bermasalah. Guru tidak hanya menghabiskan waktu kejar tayang mengajar karena tuntutan tugas kedinasan tetapi akan menjadi orang yang tetap dikenang. Kondisi ini  yang tentunya  akan berdampak pada kenikmatan dan kebahagian dimana seorang siswa tetap menghormati kita meskipun mereka, siswa tersebut sudah mengakhiri pendidikan dan melanjutkan pada pendidikan lain, bahkan  hingga masa pensiun kita dari pekerjaan guru sekalipun.  

Semoga. !!!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun