Hari itu, 27 November 2024Â adalah sebuah hari penting yang menentukan dalam perjalanan sebuah daerah baik propinsi maupun kabupaten/kota di Indonesia. Momen penting itu bernama pemilihan kepala daerah serentak 2024. Memilih calon gubernur dan wakil gubernur, calon bupati dan wakil bupati.
Sebuah pesta demokrasi, yang menghantarkan pada proses demi proses panjang. Hanya untuk memastikan siapa yang terbanyak di pilih dan menjadi pemenang, selanjutnya dinyatakan sah sebagai kepala daerah untuk lima tahun kedepan.
Dalam perjalanan demokrasi tentu kita mengenal berbagai metode lain yang bisa ditempuh dalam mencari pemimpin.
Musyawarah mufakat bisa jadi adalah metode paling terbaik namun patut disadari dengan jujur bahwa hal itu mustahil untuk dapat diwujudkan.
Probelematikanya, dengan kondisi daerah yang luas, perbedaan kultur atau latar belakang pemilih, kecenderungan pilihan terhadap gaya kepemimpinan yang berbeda-beda tak mungkin bisa membuat musyawarah mufakat ini ditempuh.
Meskipun kita sama-sama menyadari sesuai dengan butir keempat Pancasila, Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyaratan Perwakilan. Permusyawarahan lebih didahulukan daripada perwakilan. Kenyataannya permusyawaratan terbaik adalah bersepakat untuk mencapai kesepakatan itu sendiri dengan proses voting, atau memilih. Satu orang, satu suara.
Pada pemilukada serentak 2024, menjadi pesta demokrasi terbesar. Terdapat 543 wilayah yang mengelar pemilukada, sesuai dengan UU Nomor 10 Tahun 2016 Tentang Pilkada.
Menariknya dari pilkada itu hanya berlangsung satu putaran saja, artinya berapapun pasangan calon yang maju bertarung dan berapapun perolehan suaranya, yang jelas siapa yang terbanyak itulah yang ditetapkan sebagai pemenang. Pengecualian hanya untuk pilkada di Jakarta.
Di Jakarta penyelenggaraan pilkada bisa berlangsung dua putaran jika paslon tidak ada yang meraup perolehan lebih dari 50 persen suara.
Hari-hari yang melelahkan itu, sebentar lagi akan menemui pemuncaknya. Hari hari dimana antar paslon maupun pendukung saling mengklaim sebagai yang terbaik, bahkan tak jarang menjatuhkan, menyerang pihak lawan.
Hari-hari dimana setiap paslon berupaya menampilkan citra diri sebagai orang yang tepat memimpin daerah. Hari-hari dimana atribut berperang, dan slogan-slogan saling dinyanyikan bergantian, lalu muncul yel-yel yang bisa saling membuat sakit hati.