Dan bisa juga materi yang disampaikan atau cara penyampaian materinya yang kurang menarik. Hal ini telah saya rasakan ketika belajar Pancasila saat sekolah dasar (SMA) higga sekolah menengah atas (SMA).
Mengapa saat di perguruan tinggi saya tidak merasa bosan? Itu karena pemilihan materi yang menarik dan cara penyampain materi oleh pemateri atau dosen yang keren.
Pada jenjang perguruan tinggi atau kuliah, saya diajar oleh Bapak Edi Purwanto, M.Si. Saya diajar di semester 1 dan semester 2. Pada semester 1 beliau mengajar mata kuliah Pancasila.
Dan disemester 2 beliau megajar mata kuliah Kewarganegaraan. Cara mengajar beliau terbilang unik dan berbeda dibanding dengan dosen lain.
Beliau tidak pernah mengekang mahasiswanya utuk mengikuti apa yang beliau ajarkan. Beliau selalu membebaskan mahasiswanya untuk berpendapat atau memberikan usul tentang materi apa yang akan dibahas bersama di kelas.
Baca juga : Memurnikan Nilai-Nilai Pancasila pada Kaum Milenial di Era Globalisasi Budaya
Pembawaan beliau yang santai, mengayomi, dan menganggap mahasiswanya sebagai teman, membuat saya dan teman- teman merasa enjoy dan senang belajar Pancasila.
Ketika ada jadwal presentasi di kelas pun, beliau membebaskan mahasiswanya memilih topik apa yang akan dibahas. Beliau pernah berkata “Presentasi yang Anda lakukan, jangan anggap sebagai beban namun aggaplah sebagai sarana belajar bicar di depan publik.”
Makanya beliau tidak suka kalau ada mahasiswanya yang ngomong “Enak dong yang nggak presentasi”
Karena jadwal presentasi yang diberikan oleh beliau itu dimaksudkan sebagai ajang untung kami berlatih bicara di depan orang banyak. Seharusnya kami senang mendapat giliran untuk presentasi.
Setiap di kelas beliau selalu bertanya kepada kami tentang materi apa yang ingin dibahas dan didiskusikan bersama di kelas namun tetap ada kaitannya dengan Pancasila. Bahkan terkadang beliau membolehkan membahas materi selain Pancasila. Diskusi yang dilakukan tidak dibuat tegang dan ngeri.