Mohon tunggu...
Zulfa Alia Ahmad
Zulfa Alia Ahmad Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Airlangga

Saya menyukai kepenulisan dalam segala jenis bidang

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Mendukung Teman Tuli: Perspektif Empati dan Inklusi dalam Drama Bertema Teman Tuli

6 Juni 2024   20:01 Diperbarui: 6 Juni 2024   20:18 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber Gambar : viu original)

Mendukung Teman Tuli : Perspektif Empati dan Inklusi dalam Drama Bertema Teman Tuli


Pembaca yang budiman, tentunya kita tidak akan menutup mata atas bagaimana lingkungan yang kita tinggali belum cukup aman dan nyaman bagi teman-teman penyandang disabilitas, khususnya dalam muatan bacaan kali ini adalah teman-teman tuli. Untuk itu perlu kesadaran dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang indah untuk ditinggali tanpa adanya diskriminasi dalam bermasyarakat. 

Salah satu cara untuk menunjukkan dukungan kepada teman tuli adalah dengan menyaksikan drama yang mengangkat isu kehidupan teman tuli. Hal ini sangat krusial dalam upaya menciptakan lingkungan yang inklusif. Dengan pemahaman dan pendekatan yang tepat, masyarakat bisa memberikan dukungan yang sangat dibutuhkan oleh teman-teman tuli. Oleh karena itu, pentingnya pemahaman yang mendalam tentang latar belakang dan kebutuhan dukungan teman tuli harus ditekankan agar setiap individu bisa berkontribusi positif dalam meningkatkan kesadaran akan isu ini. (Suprihatiningrum et al., 2021)

Menyoroti bahwa teman tuli sering menghadapi banyak kesulitan dalam kehidupan sehari-hari, bahkan ketika mereka ingin menikmati hiburan seperti drama. Karena itu, salah satu cara mendukung teman tuli adalah untuk memastikan bahwa kita menciptakan lingkungan sosial yang inklusif. Dengan mendukung teman tuli, kita bisa menjadi bagian dari menciptakan lingkungan yang lebih bersahabat bagi semua orang, tanpa terkecuali.

Tuli adalah hilangnya kemampuan mendengar, baik pada satu maupun kedua telinga. Gangguan pendengaran ini dapat menyebabkan kesulitan berinteraksi dengan orang lain dan mempengaruhi kondisi mental. Gangguan pendengaran terdiri dari tiga jenis:

  1. Gangguan Pendengaran Konduktif: Jenis gangguan ini terjadi ketika gelombang suara tidak dapat mencapai telinga bagian dalam. Penyebabnya bisa dipicu oleh penumpukan kotoran telinga, cairan, atau gendang telinga yang bocor.

  2. Gangguan Pendengaran Sensorineural: Gangguan ini terjadi ketika ada kerusakan pada telinga bagian dalam atau saraf pendengaran. Jenis gangguan ini biasanya bersifat permanen dan dapat disebabkan oleh penyakit autoimun, penyakit Meniere, cedera kepala, dan faktor usia.

  3. Gangguan Pendengaran Campuran (Mixed): Jenis gangguan ini adalah campuran dari gangguan pendengaran konduktif dan sensorineural. Gejala awalnya ditandai dengan tuli konduksi yang kemudian berkembang menjadi tuli sensorik

Pemerintah telah mengeluarkan kebijakan yang mendukung pendidikan inklusif, seperti Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 70 Tahun 2009, yang menetapkan bahwa pendidikan inklusif adalah sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam satu lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya.

Teknologi juga berperan penting dalam meningkatkan akses teman tuli terhadap pendidikan. Alat kolaborasi virtual, analitika keberagaman berbasis AI, dan platform komunikasi inklusif dapat membantu menciptakan lingkungan kerja yang lebih inklusif dan terhubung. Namun salah satu contoh yang dapat menarik perhatian khalayak ramai adalah dikemasnya pendidikan inklusif dalam sebuah hiburan yaitu drama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun