Mohon tunggu...
Zulfa Hakiki
Zulfa Hakiki Mohon Tunggu... Mahasiswa - Geografi

Program Studi Geografi, Universitas Lambung Mangkurat

Selanjutnya

Tutup

Nature

Gunung Berapi

9 Desember 2021   07:33 Diperbarui: 9 Desember 2021   07:51 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Geografi Indonesia didominasi oleh gunung api yang terbentuk akibat zona subduksi antara lempeng Eurasia dan lempeng Indo-Australia. Beberapa gunung api terkenal karena letusannya, misalnya Krakatau yang letusannya berdampak secara global pada tahun 1883, letusan super vulkan Gunung Toba yang diperkirakan terjadi 74.000 tahun yang menyebabkan terjadinya musim dingin vulkan selama enam tahun, dan Gunung Tambora dengan letusan paling hebat yang pernah tercatat dalam sejarah pada tahun 1815.

Gunung berapi di Indonesia merupakan bagian dari Cincin Api Pasifik. 150 entri dalam daftar di bawah ini dikelompokkan menjadi enam wilayah geografis, empat di antaranya memiliki gunung berapi dalam barisan Busur Sunda. Dua wilayah lainnya mencakup gunung berapi di Halmahera, termasuk pulau-pulau vulkanik di sekitarnya, serta gunung berapi di Sulawesi dan Kepulauan Sangihe. Wilayah terakhir berada dalam satu busur vulkan dengan gunung berapi Filipina.

Gunung berapi umumnya diklasifikasikan berdasarkan ukuran dan bentuknya, tetapi juga dapat diklasifikasikan berdasarkan kebiasaan letusannya. secara garis besar terdapat dua jenis letusan gunung berapi, yaitu letusan gunung berapi eksplosif dan letusan gunung berapi efusif.

Letusan gunung berapi eksplosif dapat menghancurkan populasi di sekitarnya, seperti hujan abu, merusak tanaman, membunuh ternak, dan menyebabkan hilangnya banyak nyawa manusia. Letusan eksplosif juga dapat menyebabkan efek global, dengan potensi berdampak pada lalu lintas udara, kualitas udara, suhu global, dan siklus biogeokimia.

Sementara letusan efusif (letusan aliran lava atau pembentukan kubah) umumnya kurang berbahaya, meskipun letusan aliran lava mafik besar dapat merusak properti dan mungkin memiliki efek buruk pada kualitas udara regional.

Erupsi efusif melibatkan pencurahan magma basaltik yang viskositasnya relatif rendah dan kandungan gasnya. Erupsi eksplosif umumnya melibatkan magma yang lebih kental dan memiliki kandungan gas yang lebih tinggi. Magma tersebut sering hancur menjadi fragmen piroklastik oleh ekspansi gas eksplosif selama letusan.

Gunung berapi atau vulkan secara umum adalah sebagai system saluran batuan dalam wujud cair atau lava yang memanjang dari kedalaman sekitar 10 km dibawah permukaan bumi, karena berwujud cair atau lava maka kemungkinan besar bisa mengeluarkan lava dingin dan lava panas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun