Siapa yang tidak mengenal Starbucks? Gerai kopi asal Amerika ini sudah menjadi rantai jaringan gerai kopi premium terbesar di dunia. Starbucks diminati oleh pecinta kopi tidak hanya di Jakarta, tapi juga dikota besar di Indonesia lainnya. Gerai yang sudah dibuka di Indonesia sejak 2002 ini kini telah memiliki 326 gerai per september 2018 (wikipedia).Â
Banyaknya gerai yang tersedia semakin membesarkan nama Starbucks di Indonesia, merk asal Amerika ini memiliki fans yang sangat setia di Indonesia yang membuat MAP Boga Adiperkasa sebagai pemegang merk di Indonesia terus semakin giat membuka gerai disaat di negara asalnya justru Starbucks setidaknya diperkirakan menutup 150 gerainya tahun 2019.Â
Pencapaian yang terus bertumbuh menjadi salah satu alasan gerai kopi asal Amerika ini membuka banyak gerai lagi di Indonesia (kontan.co.id). Kebutuhan masyarakat Indonesia dalam mengkonsumsi kopi dan gaya hidup menjadi alasan utama mengapa Starbucks kian tumbuh subur di Indonesia.Â
Gerai kopi di Indonesia tidak hanya digunakan untuk menikmati secangkir kopi semata tapi gerai kopi pun dimanfaatkan menjadi tempat untuk bekerja, bersosialisasi ataupun hangout.Â
Dari gerai kopi yang berkonsep tempat yang nyaman untuk menghabiskan waktu hingga gerai kopi drive-thru yang dikhususkan untuk konsumen yang hanya ingin membeli kopi tanpa berlama-lama di gerai tersebut.Â
Sebagai negara keempat penghasil kopi terbesar di dunia sudah sepantasnya kopi Indonesia menjadi raja di negaranya sendiri. Bermacam kopi bisa di dapatkan di Indonesia, hampir diseluruh wilayah Indonesia memiliki ragam kopinya sendiri. Tak heran bila gerai kopi lokal pun berjamuran dimana-mana karena mudahnya mendapatkan akses suplai kopi.
Memiliki citra eksklusif menjadikan Starbucks sebuah gerai kopi elit yang di mana konsumennya adalah kalangan menengah ke atas. Mereka tidak hanya ingin menikmati secangir kopi tapi juga mendapatkan sebuah prestisius dari secangkir kopi ditangannya, ditambah lokasinya yang berada dikawasan pusat perbelanjaan elit dengan harga yang relatif tinggi dari gerai kopi lokal memposisikan Starbucks lebih diatas dibanding gerai kopi lokal.Â
Namun saat ini Starbucks sudah mulai berada di lokasi-lokasi yang bisa dikatakan bukan daerah elit, seperti ada di Jatiwarna Pondok Gede dan Pondok Bambu Jakarta Timur. Dan uniknya Starbucks kini tidak lagi berada di dalam pusat perbelanjaan, tapi kedua gerai tersebut terletak di tepi jalan. Apakah strategi Starbucks kini mulai mendekati konsumen?Â
Dalam teori Marketing mix kita mengenal dengan istilah 4P's (Product, Price, Place, Promotion). Salah satu P dalam 4P's ini adalah Place atau lokasi, place merupakan strategi yang harus dilakukan pebisnis dalam menentukan lokasi strategis yang tepat dekat dengan target pasarnya, selain lokasi, Place pun berbicara mengenai strategi distribusi yang dilakukan oleh seorang pebisnis.Â
Distribusi produk untuk sampai ke konsumen, ataupun distribusi produk dari gudang ke gerai. Phillip Kotler dalam bukunya Marketing Management menjelaskan ada 4 level dalam saluran pemasaran konsumen.Â
Dengan membuka gerai di tempat perbelanjaan elit dan kini di tepi jalan, Starbucks memilih strategi 0-level yang memberikan akses untuk mereka dapat menemui konsumennya secara langsung. Tanpa melalui perantara, Starbucks memilih menambah gerainya dengan tujuan membesarkan pasar yang saat ini mereka miliki.Â
Selain membuka gerai, Starbucks pun sudah bekerja sama dengan Nestle untuk menjual produk kopinya baik bubuk dan kopi instan dalam jaringan retail di supermarket.Â
Dengan kerja sama ini, Starbuck menjalankan dua strategi yaitu 0-level yang di mana ia sendiri yang membuka gerainya untuk langsung bertemu dengan konsumennya dan 2-level yang di mana ia merangkul Nestle sebagai wholesaler di mana Nestle akan mendistribusikan produk-produk Starbucks menuju retailer atau supermarket sebelum diterima oleh konsumen.Â
Phillip Kotler pun menjelaskan dalam menentukan lokasi dan saluran yang digunakan, pebisnis harus menentukan semuanya berdasarkan produk yang akan dijual. Ada tiga strategi yang bisa di implementasi, yaitu eksklusif, selektif dan intensif.Â
Melihat karakter bisnis Starbuck yang merupakan gerai kopi premium, Starbucks mengimplementasikan distribusi selektif yang memang merupakan strategi yang digunakan untuk produk-produk harian, salah satu cirinya adalah Starbucks menggunakan beberapa gerai untuk berjualan dan menggunakan supermarket tertentu sebagai retailer untuk menjual produk instan Starbucks.Â
Gerainya tidak terlalu terbatas seperti seperti produk dengan strategi distribusi eksklusif dan sebaran produknya tidak sebanyak produk-produk dengan strategi  distribusi intensif.
Dalam melakukan pemilihan lokasi pun bukan tanpa pertimbangan, misal pemilihan lokasi di Jatiwarna dapat di asumsikan jika Starbucks ingin mengambil pasar para pengguna kendaraan roda empat yang akan menggunakan jalur tol untuk berhenti sejenak dan membekali diri mereka dengan secangkir kopi untuk menemani perjalanannya, karena lokasi gerai Starbucks dekat dengan pintu masuk jalur tol Jorr (Jakarta Outer Ring Road).Â
Untuk gerai di Pondok Bambu merupakan lokasi yang strategis dimana jalur tersebut adalah jalur masuk menuju kalimalang yang dimana dari arah kasablanka, pulo gadung atau Bekasi akan menggunakan akses jalur ini.Â
Selain itu Starbucks pun membuka gerai drive-thru nya di stasiun kereta listrik seperti di Kota, Manggarai dan Sudirman untuk mengakomodasi para pengguna kereta listrik untuk menikmati secangkir kopi selama perjalananya.Â
Membuka gerai makanan ditepi jalan utama memang bukan hal baru di Jakarta, gerai makanan cepat saji sudah mengimplementasikan strategi ini sejak lama. Dengan semakin banyaknya gerai yang tersedia semakin konsumen tidak perlu lagi masuk ke pusat perbelanjaan hanya untuk menikmati makanan cepat saji.Â
Lalu bagaimana dengan gerai kopi lokal? Persaingan pasti terjadi, akan mulai mengganggu gerai kopi lokal yang berada di sekitarnya. Namun, gerai kopi lokal memiliki keunikannya sendiri, menjamurnya gerai kopi elit tidak lantas mematikan usaha mereka. Mereka memiliki pasarnya sendiri, dari segi harga gerai kopi lokal menawarkan harga yang lebih murah.Â
Selain itu dari sisi kopi yang ditawarkan, gerai kopi lokal pasti sudah memiiki jagoan sendiri akan produknya. Konsep gerai kopi lokal yang berbeda-beda di setiap gerai menjadikan daya tarik lain bagi konsumen.Â
Sedangkan Starbucks tampil dengan konsep gerai yang hampir memiliki kesamaan di setiap gerainya. Dengan begitu, walaupun Starbucks kini mulai tersedia di tepi jalan tetap gerai kopi lokal dan gerai kopi Starbucks memiliki target konsumennya masing-masing.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H