Mohon tunggu...
Zulaikha NurKhasanah
Zulaikha NurKhasanah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

traveling

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pengalaman Magang yang Merubah Cara Pandang

26 Januari 2025   14:05 Diperbarui: 26 Januari 2025   14:03 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Magang di sekolah itu sangat berbeda dari suasana kampus dan seperti masuk ke dunia baru. Saya sempat bingung saat mengetahui bahwa saya akan magang di SMP Muhammadiyah Kasihan di Yogyakarta. Gimana ya rasanya berinteraksi sama siswa SMP? Pengalaman ini ternyata jauh lebih menarik dari yang saya bayangkan.

Pukul 6.15 aku bersiap untuk berangkat ke sekolah dengan membawa bekal makanan dari kos yang telah ku masak setelah subuh. Pukul 6.45 kami harus sudah standby di depan gerbang sekolah bersama dengan guru piket untuk menyambut para siswa yang datang. Salah satu kebiasaan di SMP Muhammadiyah Kasihan adalah "Salam, Sapa, Senyum" atau biasa disingkat dengan 3S. Saat siswa tiba, kami menyambut mereka dengan salam dan senyum hangat. Aku suka memperhatikan ekspresi siswa-siswa yang baru datang, ada yang semangat banget, ada yang masih ngantuk sambil jalan pelan-pelan tapi begitu disapa, mereka biasanya langsung senyum. Dari sini aku belajar, hal kecil seperti senyuman itu ternyata bisa bikin pagi jadi lebih ceria, baik untukku maupun untuk mereka. Pada awalnya, saya pikir ini hanya formalitas, tetapi kemudian saya menyadari bahwa kegiatan ini memiliki dampak yang positif.

Suasana Kelas yang ramai adalah hal pertama yang saya lihat ketika saya mulai magang di sekolah ini. Kalau ngomong soal siswa SMP, satu kata yang pas banget yaitu "ribut". Siswa-siswa di tempat ini memiliki energi yang seolah-olah tidak pernah habis. Ada saat-saat ketika guru baru selesai menjelaskan, eh tiba-tiba ada yang ngobrol di belakang, atau lagi serius belajar ada yang tiba-tiba lempar jokes kocak, dan kelas langsung pecah ketawa.

Pada awalnya, saya bingung bagaimana mengatasi situasi ini. Tapi akhirnya saya belajar untuk menjadi lebih santai walaupun dengan sedikit memendam emosi. Saya mencoba memahami bahwa anak-anak seusia mereka benar-benar membutuhkan ruang untuk berkomunikasi. Meskipun sering terjadi konflik, ada aspek lain yang menarik perhatian saya. Anak-anak di tempat ini sangat peduli dan penuh perhatian. Jika saya membantu guru menjelaskan sesuatu, mereka suka nyamperin dan bertanya, "Kak, gimana caranya biar bisa hafal ini cepat?" atau "Kak, apa arti kata ini?" Di sinilah saya menyadari bahwa ada semangat yang besar untuk belajar di balik kegembiraan dan keributan mereka.

Momen yang paling ditunggu-tunggu oleh saya dan teman-teman magang, itu adalah jam istirahat. Setelah energi terkuras untuk mendampingi guru di kelas atau mengawasi siswa, jam istirahat adalah waktu kami untuk me-recharge energi dan mengisi amunisi. Saat waktu istirahat tiba, aku dan teman-teman magang langsung menuju "basecamp" kami, Basecamp yang dimaksud adalah tempat nongkrong kami di belakang sekolah yang dilengkapi dengan meja dan kursi kayu dan atapnya dari seng jadi kalau cuaca lagi cerah, basecamp kami itu terasa hangat banget karena terik matahari. Meskipun demikian, keadaan tetap nyaman dan kami selalu menikmati hari-hari dengan bahagia. Sambil berbicara, kami duduk melingkar, membuka bekal, dan mulai makan bekal masing-masing, rasanya seperti piknik kecil setiap hari. Ngobrol sambil makan di basecamp itu jadi momen yang menyenangkan. Kadang kami cerita tentang kejadian lucu di kelas, kadang ngobrolin rencana kegiatan siang nanti. Siswa-siswa yang lewat juga sering mampir untuk menyapa.

Tepat pukul 10, bel sekolah berbunyi, tanda semua aktivitas dihentikan sejenak. Para guru, siswa, dan staf sekolah semuanya serempak berdiri, menghadap ke depan, dan mulai menyanyikan lagu Indonesia Raya. Sebagai mahasiswa magang, saya awalnya merasa sedikit bingung, karena di daerah saya tidak menerapkan hal ini. Tapi lama-kelamaan momen ini justru jadi salah satu hal yang paling saya dan teman-teman tunggu. Menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya di tengah aktivitas harian rasanya seperti memberi semangat baru dan diingatkan kembali tentang pentingnya cinta tanah air, bahkan di tengah kesibukan kecil sehari-hari.

Sekitar pukul 12 siang, para siswa bersiap untuk melaksanakan sholat Dzuhur berjamaah di masjid sekolah. Tugas kami sebagai mahasiswa magang adalah membantu guru piket untuk menertibkan siswa saat wudhu dan melaksanakan sholat dzuhur berjama'ah. Awalnya kami mengira bahwa tugas ini merupakan tugas yang mudah, ternyata itu juga cukup menantang. Anak-anak SMP terutama mereka yang sangat aktif, sering kesulitan untuk benar-benar tenang saat sholat, ada yang usil, bercanda dengan teman-teman di barisan, atau mereka malah sibuk berbicara sambil menunggu giliran mereka untuk berwudhu. Tugas kami sebagai mahasiswa magang harus memastikan mereka tetap tertib. Ada saatnya kami hanya perlu menegur dengan lembut, tetapi ada juga saatnya kami harus sedikit tegas. Meskipun demikian, momen ini benar-benar berkesan. Setelah mereka mulai sholat, suasana menjadi lebih tenang dan khusyuk. Rasanya sangat terharu melihat anak-anak ini mendekatkan diri kepada Allah dan belajar disiplin. Saya senang dapat berkontribusi, meskipun dalam skala kecil, untuk mengajarkan mereka tentang pentingnya ibadah.

Setelah sholat selesai, kegiatan belajar mengajar berlanjut hingga pukul 2 siang. Ketika bel tanda pulang berbunyi, siswa-siswa bersiap untuk pulang, dan kami pun ikut mengemas barang-barang kami. Sebelum pulang, kami selalu menyempatkan diri untuk pamitan dan salaman dengan guru-guru di kantor. Budaya ini membuat hubungan antara guru dan mahasiswa magang terasa sangat akrab. Mereka sering memberikan nasihat yang memotivasi kami untuk menjadi guru yang lebih baik di masa depan.

Salah satu momen yang paling berkesan selama magang adalah pada tanggal 28 Oktober. Hari itu kami ikut serta dalam upacara memperingati Hari Sumpah Pemuda. Kami juga menyanyikan lagu-lagu perjuangan dengan penuh semangat, seperti "Bangun Pemudi Pemuda" dan "Satu Nusa Satu Bangsa". Ada rasa bangga yang begitu dalam menjadi bagian dari generasi penerus yang diharapkan mampu menjaga semangat perjuangan para pendahulu.

Pengalaman magang tidak selalu mulus. Seringkali saya menghadapi masalah seperti siswa yang tidak termotivasi atau sulit memahami materi. Saya menyadari bahwa pendekatan yang sama mungkin tidak efektif untuk semua siswa. Saya berusaha untuk melakukannya dengan berfokus pada siswa yang mengalami kesulitan dan mendukung mereka dengan pujian atau hadiah simbolis.

Pengalaman magang saya di SMP Muhammadiyah Kasihan mengajarkan saya banyak hal tentang kehidupan selain memberi saya kesempatan untuk mengajar. Selama magang, hal yang paling saya pelajari adalah betapa pentingnya untuk tetap sabar dan berempati saat mendidik. Semua siswa memiliki background dan kemampuan unik, dan sebagai pendidik kita harus dapat memahami kebutuhan siswa. Saya juga belajar untuk lebih kreatif dalam menyampaikan informasi agar siswa lebih mudah memahaminya dan yang paling penting saya jadi tahu bahwa pendidikan itu nggak cuma tentang mengajar, tapi juga membangun hubungan, baik itu hubungan dengan sesama guru atau dengan siswanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun