Mohon tunggu...
Zulaikha F
Zulaikha F Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Seni Dianggap Irasional?

15 April 2019   04:57 Diperbarui: 15 April 2019   04:59 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Tato yang dahulu identik dengan kekerasan dan kriminal, kini semakin digemari kalangan remaja. Bahkan, banyak siswa putri  menghiasi tubuhnya dengan tato aneka gambar. Hanya saja yang digemari itu bukan tato permanen seperti yang dimiliki di tubuh preman, tetapi tato temporer yang bisa dihapus setiap saat. Semula, tato identik dengan kekerasan dan kriminal karena banyak pelaku kejahatan yang menggunakan tato tersebut. Belakangan, citra tato berkembang menjadi hiasan tubuh yang bercitarasa. Di beberapa negara, seni body painting sudah dipergunakan untuk memperindah penampilan.

Tato temporer tersebut bertahan antara dua minggu hingga dua bulan dan tidak berisiko. Karena itu, banyak remaja yang menyukainya. Salah satu siswa SMA, mengatakan, "Iseng saja, saya sudah pernah ditato tiga kali". Karena sifatnya hanya sementara, siswa SMA itu mengaku tidak khawatir terhadap tato-tato yang menghiasi tubuhnya. "Paling-paling, nggak sampai dua bulan juga sudah hilang". Sementara itu para remaja pria sudah mulai berani bereksperimen dengan tato permanen, banyak diantara mereka mendatangi studio tato dan mulai menggmbarkan pada bagian tubuh mereka dengan gambar-gambar yang merupakan tiruan gambar tato yang ada pada tubuh idolanya atau gambar berbentuk lambang gank mereka. Salah satu pelajar SMA negeri di Bandung berkomentar tentang tato bergambar tiga huruf lambang gank nya, "Ini sih buat gaya-gayaan aja, biar keren, sekalian ngasih tau kalau saya anggota gank ini".

Remaja pengguna tato pasti memiliki tujuan atau alasan kenapa mereka memutuskan untuk menggunakan tato ditubuhnya. Tidak ada tingkah laku yang terjadi begitu saja tanpa ada alasan, pasti ada faktor-faktor anteseden, sebab musabab, pendorong, motivator, sasaran-tujuan, dan atau latar belakangnya.

Peraturan sekolah menentang keras penggunaan tatoo di kalangan para pelajar. Menjadi hukum tak tertulis bahwa segala macam bentuk pembangkangan dianggap pelanggaran sekalipun yang beratasnamakan seni dan estetika. Adalah tugas seorang konselor sekolah untuk memunculkan kembali pikiran rasional siswa tentang pentingnya menaati peraturan sekolah, salah satunya dengan meninggalkan atau menghindari penggunaan tato.

Tujuan konseling dalam kasus remaja pengguna tato ini adalah memerangi pemikiran irasional yang mereka miliki dan melatarbelakangi ketakutan/kecemasannya yaitu konsep diri yang salah. Dalam proses konseling ini, konselor lebih bersikap otoritatif. Konselor memanggil klien, mengajak berdiskusi dan melakukan konfrontasi langsung untuk menolongnya agar segera beranjak meninggalkan pola pikir yang irasional/tidak logis ke pola pikir yang rasional/logis melalui persuasif, sugestif, pemberian nasehat secara tepat, terapi dengan menerapkan prinsip-prinsip belajar untuk PR.

Konseling berusaha untuk membongkar pola pikir irasional siswa tentang konsep simbolisasi diri yang salah. Konselor melakukan gaya mengajar sebagai berikut : memberikan nasehat, konfrontasi langsung dengan peta pikir rasional-irasional, sugesti, asertif training dengan simulasi diri menerapkan konsep diri yang benar dan sikap/ketergantungan pada orang lain yang benar/rasional dilanjutkan sebagai PR melatih, mengobservasi dan evaluasi diri.

Contoh: "Seseorang berharga bukan karena kekayaan, keindahan tubuh atau jumlah dan status teman yang mendukung, tetapi pada kasih Tuhan dan perwujudan-Nya. Tuhan mengasihi saya, karena semua hal yang ada pada saya berharga di hadiratNya. Saya tidak ingin merusak tubuh saya sendiri dengan tujuan-tujuan yang tidak esensial, masih banyak cara untuk diterima orang lain, masih banyak cara untuk mengapresiasi seni, masih banyak cara menunjukkan jati diri dan masih banyak cara yang sehat dan tentunya dapat diterima masyarakat untuk menunjukkan eksistensi saya."

Konseling berusaha untuk mengubah sistem nilai siswa dengan menggunakan teknik penyadaran antara yang benar dan salah seperti pemberian contoh, bermain peran dan pelepasan beban agar klien dapat melepaskan pikiran dan perasaannya yang tidak rasional dan menggantinya dengan yang rasional sebagai kelanjutan teknik kognitif di atas. Konseling behavior digunakan untuk mengubah perilaku yang negatif dengan merubah akar-akar keyakinan klien yang irasional/tidak logis melalui kontrak, reinforcement, sosial modeling dan relaksasi/meditasi.

Sumber: Surya, Muhamad. 2003. Teori-Teori Konseling. Bandung : CV. Pustaka Bani Quraisy

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun