"Mi, keliatannya kamu kaku banget ya waktu ngobrol-ngobrol dengan Bu X. Meskipun aku ngobrol-ngobrol di sisi luar, tapi aku masih bisa mendengar loh apa yang kamu bincangkan dengan Bu X."
Demikian penggalan kalimat suami saya, ketika kami masuk rumah setelah berbincang-bincang sekadar menyapa hai kepada tetangga di dekat rumah.
Bisa dibilang saya dan suami merupakan orang yang memiliki sifat yang sangat bertolak belakang bila itu menyangkut hubungan sosialisasi dengan tetangga atau orang yang baru di kenal. Bahasa kerennya suami saya lebih gaul/mingle daripada saya sendiri, aneh mungkin rasanya. Suami adalah orang yang bisa dengan santainya berbincang-bincang dengan orang yang baru dikenalnya (kami baru saja pindah ke tempat baru dan suami sudah mendapatkan banyak sekali kenalan, sedangkan saya, nama tetanggapun masih sulit saya hapal kan :) ). Bahkan, interaksi yang terjadi antara saya dan tetangga itu pun baru terjadi bila saya di dorong suami untuk melakukannya, karena biasanya sih, begitu suami terlibat perbincangan yang seru dengan bapak-bapak di sekitar rumah, maka saya akan permisi untuk masuk ke dalam rumah dan membaca buku.
Sebenarnya ini bukan berarti saya sombong, sama sekali tidak. Hanya saja saya tidak bisa merasakan kenyamanan yang sama seperti yang suami rasakan ketika mereka melakukan obrolan ringan seputar dunia mereka. Saya sadar bahwa Indonesia terkenal karena budaya nya yang terkenal ramah terhadap orang asing, namun itu tidak berlaku bagi saya. Kenyamanan itu baru bisa saya rasakan bila saya berada di dalam dunia saya sendiri dan melakukan hal-hal yang saya suka lakukan sendirian seperti membaca atau menulis. Bilapun harus mengobrol, maka mereka haruslah orang yang sudah sangat akrab dengan saya. Contoh nya: saya bisa menghabiskan waktu berjam-jam untuk ngobrol dengan adik-adik saya, sahabat terdekat saya atau bahkan dengan suami, bahkan kami pun tak pernah kehabisan topik pembicaraan. Hal ini bukan lah karena saya merasa diri lebih eksklusif dibanding dengan yang lain, namun saya hanya merasa tidak nyaman bila harus mingle dengan orang lain terutama yang baru saja saya kenal.
Apakah saya termasuk dalam kategori seseorang yang memiliki kepribadian introvert? Well, maybe...
Pernah saya baca, (menurut Aiken 1993:87) bahwa kepribadian introvert adalah seseorang yang memiliki karakteristik pendiam, pemalu, mawas diri, gemar membaca, suka menyendiri dan menjaga jarak kecuali dengan teman yang sudah akrab, cenderung merencanakan lebih dahulu – melihat dahulu – sebelum melangkah, dan curiga, tidak suka kegembiraan, menjalani kehidupan sehari-hari dengan keseriusan, dan menyukai gaya hidup yang teratur dengan baik, menjaga perasaannya secara tertutup, jarang berperilaku agresif, tidak gampang marah, dapat dipercaya, dalam beberapa hal pesimis, dan mempunyai nilai standar etika yang tinggi.
Tapi ada beberapa hal yang tidak sepenuhnya tepat jika menilik definisi introvert menurut Aiken.
- Pemalu. Apakah saya pemalu? hahahaha saya bukanlah orang yang pemalu, bahkan bisa di bilang sejak duduk di bangku sekolah dasar, saya adalah orang yang banci tampil. Selalu mencari kesempatan di mana saya bisa mencuri perhatian teman-teman sekelas bahkan satu sekolah. Jadi satu karakteristik itu gugur dengan sendirinya..
- Cenderung merencanakan terlebih dahulu bahkan sebelum melangkah. Tidak sepenuhnya tepat juga, karena saya adalah orang yang tidak gampang ditebak bahkan oleh diri saya sendiri. Beberapa keputusan penting dalam hidup saya, sering diambil tanpa dipikir masak-masak, ini merupakan salah satu contoh bentuk kecerobohan yang tak patut ditiru sebenarnya.
- Pesimis. Saya tidak pernah pesimis untuk apapun yang saya kerjakankarena saya yakin, bahwa semua nya akan berjalan dengan indah pada waktunya.
Jadi apa yang dapat disimpulkan? Bahwa saya separo introvert dan separo ekstrovert? Hehehe entahlah, yang pasti saya lebih bisa menikmati waktu senggang saya bersama dengan orang-orang yang saya cintai atau melakukan hal-hal yang saya suka seperti membaca dan menulis daripada berbincang-bincang dengan orang yang baru saya kenal. Semoga saja para kompasioner di sini nantinya akan bisa menjadi bagian dari diri saya sehingga saya tidak canggung lagi bila harus bertemu dan saling bertukar sapa di kehidupan nyata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H