Mohon tunggu...
Zul Fauzi Nugroho Hadi
Zul Fauzi Nugroho Hadi Mohon Tunggu... Penulis - Sempatkan Bahagia

Mahasiswa Universitas Jember Fakultas Pertanian

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pengaruh Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) terhadap Sektor Pertanian

26 April 2020   15:00 Diperbarui: 26 April 2020   14:58 590
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Corona atau bisa di sebut Coronavirus disease  (COVID-19) merupaka virus jenis baru. Asal muasal virus ini berasal dari Wuhan, Tiongkok. Virus ini ditemukan pada akhir Desember 2019. Coronavirus merupakan virus RNA tunggal posittif, berkapsul dan tidak bersegmen yang menginveksi saluran pernafasan. Virus ini sudah menginfeksi sampai 90.308 orang pada tanggal 2 Maret 2020. Gejala yang di timbulkan mulai dari demam, batuk dan sulit bernafas, selain itu juga dapat menyebabkan kematian secara mendadak.

Penyebaran virus ini yang sangat cepat secara global menjadikan seluruh kegiatan dibidang kesehatan saat ini berfokus pada COVID-19. Novel coronavirus telah masuk ke Indonesia pada awal Maret 2020 dan telah dikonfirmasi secara resmi oleh Presiden Republik Indonesia yaitu Joko Widodo tepat di Bogor, Jawa Barat.

Seluruh kegiatan kepemerintahan saat ini berfokus pada penghentian penyebaran COVID-19. Segala upaya dan tindakan telah dilakukan untuk memutus mata rantai penyebaran Virus Corona yang perkembangannya sangat cepat. APBN saat ini dialihkan dan difokuskan untuk pembelian peralatan kesehatan kepada seluruh dokter dan paramedik yang bertugas dan obat-obatan yang diperlukan untuk pasien pengindap COVID-19.

Seruan global untuk menindak lanjuti hal ini yaitu dengan mengeluarakan kebijakan physical distancig, sehingga pemerintah telah mengeluarkan himbauan agar belajar dirumah, bekerja dari rumah, dan beribadadah dirumah. Selain itu, pandemik COVID-19 telah menyebabkan lumpuhnya roda perekonomian di Indonesia terutama pada sektor pertanian. Kurang lebih ada 3 dampak yang bisa terjadi pada sektor pertanian di Indonesia jika bencana ini terus meningkat, yaitu: 1. Harga pasar, 2. Rantai pasokan melambat dan kekurangan, 3. Kesehatan petani. Keadaan ini sangat berpegaruh karena sektor pertanian merupakan salah satu sektor penunjang kehidupan, terutama di Desa Legundi Kecamatan Karangjati Kabupaten Ngawi.

Foto: Panen Padi
Foto: Panen Padi

Sektor pertanian di Desa Legundi Kecamatan Karangjati Kabupaten Ngawi masih berjalan dengan baik tapi masih ada beberapa kendala. Seperti yang dikatakan Panca (57) “Pertanian di sini (Desa Legundi) masih berjalan dengan baik, tetapi karena virus ini penigkatan biaya hidup dan harga pasar semakin tidak menentu.” 

Panca (57) merupakan salah satu petani yang ada di Desa Legundi yang mempuyai luas lahan 4.100 m2. Dengan pendapatan dari memanen padi dan juga palawija. Panen padinya sekitar 5.2 ton (2 kali panen) dengan pendapatan sekitar Rp. 23.400.000 dan panen palawija (jagung)  tahun ini sekali sekitar 3,4 ton dengan pendapatan Rp. 13.600.000. Dengan pengalaman bertani selama +-6 tahun.

Foto: Panca (57)
Foto: Panca (57)

Harga pasar terkena dampak karena di berlakukannya jarak sosial. Perlakuan jarak sosial akan memperlambat persebaran virus Covid-19, namun akan membuat tidak normalnya pengeluaran. Tidak normalnya pengeluaran akan mempengaruhi stabilitas supply dan demand barang dan jasa.

”Sudah ada seruan physical distancing dari pemerintah membuat keterbatasan dalam berpergian dan akan berdampak pada harga” Lanjut Panca (57).

Rantai pasokan melambat dan kekurangan, beberapa sektor industri telah terkena dampak akan virus ini karena tergangunya logistik. Tergagunya logistik karena pemerintah meyarankan jarak sosial. Kesehatan petani, petani di Indonesia relatif lebih tua. Jika virus ini tidak mereda dan sampai ke para petani akan mengakibatkan kepanikan aktivitas akan menambah keterpurukan produksi pangan. Usia tua memiliki dampak tingkat keparahan yang tinggi pada virus ini.

“Jika keaadan ini bertambah parah takutnya para petani di sini terkena dampaknya juga” tambahnya.

Selain virus ini penyerangan hama dan penyakit membuat para petani hampir putus asa. Di Desa Legundi penyerangan hama kebanyakan dari tikus. Hama tikus dari waktu ke waktu semakin bertambah banyak, hingga petani kewalahan untuk menanganinya. Penanganan biasanya masih dilakukan dengan menggunakan rodentisida.

“Saya hampir gagal panen karena padi saya terserang hama tikus” tuturnya.

Aktivitas tanam petani di Desa Legundi kebanyakan mulai dari Desember-Maret penanaman padi 1, April-Juli penanaman padi 2, Agustus-November penanaman palawija. Aktivitas ini bisa berubah mengikuti pola iklim.

Harapan dari petani yang ada di Desa Legundi terutama Panca (57) virus ini segera berakhir, perekonomian berjalan dengan normal, keadaan mulai membaik. Sehingga petanian bisa berjalan dengan lancar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun