Mohon tunggu...
Zuhratul Hayati
Zuhratul Hayati Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswi

untuk publish tugas mata kuliah

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Pendidikan Cinta Kasih terhadap Anak-Anak

2 Februari 2024   23:03 Diperbarui: 2 Februari 2024   23:08 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

       Pada era modenisasi-teknologi telah ditemukan banyak penilitian yang menyatakan tentang Tindakan krisis kasih sayang terhadap anak. Banyaknya kekerasan yang dilakukan, bahkan pembulliyan yang dilakukan oleh para orang tua terhadap anak-anaknya ataupun oleh orang dewasa terhadap anak-anak. Di satu sisi lain itu dapat menghancurkan psikologis anak di masa sekarang dan masa depan. Oleh karena itu, alagkah baiknya jika kita mendalami ilmu yang berkaitan tentang mengolah rasa, mengolah pikiran dan mengolah perilaku dalam mencintai dan mengasihi anak dengan cara yang benar.

          cinta kasih sejatinya adalah kodrati yang dimiliki oleh manusia, namun, apabila tidak bersinergi dengan akal yang sehat, maka cinta kasih tidak akan berjalan berdampingan. Akal yang rusak akan mengarahkan pada cinta kasih yang mati. Kondisi yang demikian dapat dilihat dari kasus-kasus nyata di era kini yang menunjukkan jumlah peningkatan kekerasan terhadap sesama, salah satunya adalah terhadap anak-anak. Kekerasan yang dilakukan oleh orang–orang berakal sakit yang menjauhkan dari konsep belas kasih atau cinta kasih.

          Salah satu contoh yang dapat kita lihat adalah dengan adanya pernyataan Asisten Deputi Bidang Perlindungan Anak dari kekerasan dan eksploitasi, Valentina Gintings yang mengatakan maraknya kasus kekerasan terhadap anak yang terjadi selama pandemi. “Berdasarkan data SIMFONI PPA, pada 1 Januari – 19 Juni 2020 telah terjadi 3.087 kasus kekerasan terhadap anak, diantaranya 852 kekerasan fisik, 768 psikis, dan 1.848 kasus kekerasan seksual, dan angka tersebut tergolong tinggi (Media, 2020).

          Bukti nyata di atas menunjukkan krisis cinta, krisis kedamaian, krisis kasih sayang. Akal yang seharusnya menjadi penerang perilaku positif, justru menjadi pemicu perilaku angkara murka. Hal tersebut dapat dikatakan bahwa cinta tertindas, cinta kasih terpasung, cinta tidak terdidik, dan tidak terhadirkan dalam diri, tidak selaras dengan idealitasnya.

          Sedangkan menurut Mo Tzu cinta adalah bagaimana memperlakukan orang lain dengan penuh kebijaksanaan sebagaimana memperlakukan terhadap dirinya sendiri. Perlu ada pemahaman yang lebih jelas supaya orang tua bisa memperlakukan anak dengan lebih baik.

          Dari banyaknya kasus yang dapat kita lihat atas perilaku seseorang terhadap kekerasan anak dapat kita simpulkan dan ambil pelajarannya ialah tentang Cinta kasih merupakan fitrah manusia yang harus dijunjung tinggi oleh siapapun. Cinta kasih yang harus “tumbuh dan berkembang” adalah cinta kasih tulus tanpa syarat kepada siapapun terutama kepada anak-anak. Cinta kasih harus dibangun melalui kultur diri dengan mendidik diri agar benar-benar tulus menyayangi dan mencintai anak-anak, dengan tidak mengedepankan kekerasan dan menjadi momok yang mencemaskan dan menggelisahkan anak. Kondisi yang menyamankan anak akan memberikan dampak positif yakni mereka akan tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang berfungsi sepenuhnya, mampu meregulasi diri dan mampu berdaptasi dengan mudah. Oleh karenanya, cinta kasih harus dibangun oleh masing-masing pribadi dan harus mampu mendidik diri agar benar-benar membawa kebaikan kepada banyak orang.

References

Rahmatullah, A. (2021). Pendidikan Cinta Kasih Anak dalam Perspektif Filsafat Ilmu. Jurnal Filsafat Indonesia, 72-77.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun