Terhitung sejak Maret 2020, sudah lebih dari 19  bulan Indonesia mengalami  Pandemi Coronavirus Disease 2019 atau COVID-19. Akibat dari pandemi ini banyak memakan  korban nyawa. Berdasarkan informasi dari website kawalcovid-19.id, kasus COVID-19 saat ini (27 Oktober 2021) mencapai jumlah 4.241.090 terkonfirmasi COVID-19, 12.989 pasien dalam perawatan, 4.084.831 pasien yang telah sembuh, dan 143.270 korban meninggal dunia.  Jumlah ini tentu sangat besar,  bahkan ini merupakan bencana yang memakan korban terbanyak sepanjang masa.
   Dalam menangani hal ini, pemerintah mengeluarkan solusi untuk memperpendek jangka waktu COVID-19 ini yaitu dengan vaksinasi.  Berdasarkan pernyataan Kementrian Kemaritiman dan Investasi yang mengungkapkan bahwa program vaksinasi COVID-19 akan di mulai November 2020. Indonesia mengandalkan vaksin buatan China yang sudah menyanggupi penyediaan jutaan dosis untuk Indonesia. Pada tahap awal vaksin diprioritaskan untuk mereka yang berada pada garda terdepan penangan COVID-19 seperti pihak medis, pelayanan publik, TNI/PORLI, dan tenaga pendidik di seluruh Indonesia. Sampai pada akhirnya seluruh masyarakat wajib melakukan vaksinasi. Namun pada kenyataannya masih banyak dari kalangan masyarakat yang tidak bersedia atau menolak untuk di vaksin.
   Berdasarkan data dari kawalcovid-19.id, sebanyak 55,45% dari seluruh warga Indonesia telah mendapatkan vaksin dosis pertama dan 33,66%  telah mendapatkan vaksin dosis kedua. Ini artinya masih terdapat 45,55% dari penduduk Indonesia yang belum melakukan vaksinasi dosis pertama dan 66,34% pada vaksin dosis kedua. Seperti yang kita ketahui sejak awal kebijakan perwajiban vaksin bagi warga Indonesia banyak tersebar isu negatif yang mengiringinya sehingga banyak masyarakat yang termakan hoaks dan enggan melakukan vaksinasi.
   Peran pemuda Indonesia sangat diperlukan dalam mengatasi  hal ini. Pemuda sebagai agen of change harus dapat memberikan solusi agar masyarakat mau melakukan vaksinasi.  Oleh karena itu, diperlukan sebuah program untuk mengemukakan hal ini. Salah satu hal yang dapat dilakukan kalangan pemuda adalah melakukan gerakan "Campaign Berani Vaksin Demi Indonesia Bebas COVID-19" yaitu kampanye atau penyuluhan secara online akan pentingnya vaksinasi dengan memanfaatkan media sosial Instagram. Kegiatan ini sangat efektif dan efesien untuk diterapkan di saat kondisi sekarang ini.
Alasan Masyarakat Enggan Melakukan Vaksinasi
  Sebagian besar dari warga Indonesia yang enggan melakukan vaksinasi adalah dari kalangan masyarakat umum. Menurut survei yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan dan Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) terdapat banyak alasan masyarakat menolak melakukan vaksin diantaranya adalah sebagai berikut : Tidak yakin keamanannya (30%); Tidak yakin efektif (22%); Takut efek samping (12%) ;Tidak percaya vaksin (13%): Keyakinan agama (8%); Lain-lain (15%). Padahal vaksin COVID-19 telah teruji klinis dan terbukti halal berdasarkan Fatwa MUI nomor 2 tahun 2021 yang berisi bahwa vaksin COVID-19 terbukti suci dan halal.Â
Menanggapi Hal tersebut, Apakah yang Harus Kita Lakukan?
   Sebagai seorang pemuda Islam yang sadar bahwa berikhtiar untuk mencapai kesembuhan merupakan suatu kewajiban, sesuai dengan perintah Rasulullah SAW  mengajarkan umatnya untuk berikhtiar untuk mencapai kesembuhan dan mencegah dari tertularnya penyakit. "Berobatlah, sebab sesungguhnya Allah 'Azza wa Jalla tidak meletakkan penyakit kecuali meletakkan baginya obat. Kecuali satu penyakit (yang tidak ada obatnya) yaitu usia tua" (HR Abu Dawud). Maka yang perlu kita lakukan adalah melakukan kegiatan yang dapat  memberi pemahaman kepada masyarakat akan hal tersebut.
   Salah satu upaya yang dapat kita lakukan adalah dengan melakukan gerakan "Campaign Berani Vaksin Demi Indonesia Bebas COVID-19 ". Gerakan ini berupa kampanye di media sosial Instagram yang dilakukan dengan membentuk sebuah komunitas dengan anggota yang berasal dari seluruh penjuru Indonesia. Kemudian setiap anggota meng-aploud flayer yang  berisi materi terkait COVID-19 yang telah di siapkan sebelumnya, di feed masing-masing secara serentak.  Gerakan ini dapat dilakukan selama 3 hari berturut-turut, dimana hari pertama flayer yang di aploud membahas isu-isu negatif yang tersebar di masyarakat dan fakta yang sebenarnya, hari ke-2 manfaat vaksin COVID-19 bagi kesehatan, dan hari terakhir  membahas prosedur dan hal-hal yang perlu diperhatikan saat melakukan vaksinasi. Selain dapat memberikan pemahaman masyarakat mengenai fakta dibalik isu negatif vaksin COVID-19 yang merupakan tujuan utama gerakan ini,  juga dapat memberi pemahaman masyarakat secara keseluruhan.
   Gerakan ini sangat efektif dibanding dengan melakukan penyuluhan secara langsung ke tiap-tiap daerah,  karena penyebaran informasinya lebih luas, lebih cepat dan menyeluruh. Selain itu kegiatan ini juga tidak memakan biaya sama sekali, kita hanya memerlukan kontribusi dari semua anggota dalam komunitas. Dengan adanya gerakan ini diharapkan masyarakat Indonesia lebih antusias dalam melakukan vaksinasi COVID-19 hingga minimal dosis 2 dengan harapan semoga pandemi cepat berlalu dan kita dapat melakukan aktivitas seperti sediakala sebelum pandemi melanda.
Kesimpulan