Mohon tunggu...
Zuhrah Machy
Zuhrah Machy Mohon Tunggu... Dosen - Membangun peradaban ilmu dengan Menulis

Pisces

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Aplikasi Pancasila Sila Pertama dengan Euforia Korupsi

15 September 2021   10:18 Diperbarui: 15 September 2021   10:29 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Setiap agama memiliki keyakinan bahwa Tuhan itu esa, yang menciptakan langit dan bumi, mengatur tata letak bumi serta kehidupan manusia pada umumnya. Bagi agama Islam, bahwa sila pertama pancasila merupakan ajaran Tauhid yang harus direlevansikan dengan kehidupan sehari-hari. 

Dimana kita memercayai adanya Tuhan yang telah menciptakan kita dan sebagai feedback nya adalah kita beribadah (menyembah) kepada-Nya. Pun peribadatan yang diwajibkan tersebut sejatinya bukan untuk sang khalik tgetapi untuk manusia sendiri, karena Tuhan tidak menggeserkan statusNya sebagai pencipta meski manusia tidak menyembahNya.

Akan tetapi, realitas kehidupan manusia pada hari ini telah menggeser dan menggusur keyakinan dari keimanan beragama kepada materi semata. Tuhan tidak lagi berfungsi sebagai CCTV perilaku keseharian manusia baik terlihat maupun tidak terlihat. Mengapa demikian? 

Karena Hawa nafsu atas materi telah menggantikan posisi Tuhan untuk diprioritaskan sebagai objek sandaran. Manusia diciptakan sebagai khalifah Tuhan untuk mengatur tata kehidupan yang baik, memiliki simpati dan empati terhadap manusia lain, menjadi segolongan manusia yang meluruskan manusia lain apabila terjadi error keimanan. Seiring terjadi globalisasi, kehidupan manusia telah terkontaminasi oleh kehidupan ala barat yang bukan hanya sebagai faktor geografis, tetapi dari unsur kebaratan yang hanya mengedepankan akal dan materi.

Korupsi adalah salah satu contoh pemujaan materi yang terjadi pada manusia hari ini. Tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi hampir di seluruh dunia. Wabil khusus Indonesia telah tercipta jamur korupsi yang subur. Memberantas hanya dengan pisau tumpul tidak akan pernah bisa terputus. 

Walau putus tapi butuh waktu yang sangat lama. Korupsi akibat kesalahan administrasi maupun kesengajaan untuk memperkaya diri sendiri, keluarga maupun golongan tidak mengubah predikat "Pencuri" yang mengakibatkan negara merugi dan rakyat lain menanggung beban membayar hutang. 

Korupsi hanya istilah keren bagi pencuri, dan orientasi yang ada dalam diri pencuri tersebut juga berbeda. Ada yang mencuri untuk memperkaya diri sendiri, ada pula yang mencuri hanya sekedar menyambung hidup dari pagi ke sore. Tetapi penegakan hukum terhadap dua alasan tersebut jauh langit dan bumi, itulah yang disebut dengan diskresi.

Ketuhanan Yang Maha Esa memiliki makna mendalam bila dikaitkan dengan kehidupan manusia. Tuhan mengatakan, mintalah padaku maka akan kuberikan. Artinya tidak perlu mencuri milik orang lain untuk kaya. Tetapi berdoalah diiringi dengan usaha, maka apa yang diinginkan pasti ada. Karena usaha tidak akan mengkhianati hasil. 

Upaya mengambil hak milik orang lain tidak akan dibawa sampai mati, tidak akan kita nikmati ketika nyawa sudah terputus dari raga. Oleh karena itu, mari kita merenungi kehidupan ini tidak kekal di dunia, tetapi kekal di kehadirat Illahi rabbi. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun