Mohon tunggu...
Zuhdi Triyanto
Zuhdi Triyanto Mohon Tunggu... Operator - Tenaga Administrasi

Suka kopi apa saja

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Nyanyian Subuh

13 Februari 2017   20:54 Diperbarui: 14 Februari 2017   03:41 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Semenjak Toa menjadi mahkota di tempat ibadah, sunyi yang dulu menguasai kini diam — diam pergi mencari rumah berpulang

Subuh bukan lagi tempat labuh keluh, sebab ayat sudah terlantun menyesakkan jalanan

Seorang kuncen suargaloka berkata; hai bangun nak usap liur, mimpi, juga masa lalumu, kita dirikan jamaah menyembah Tuhan Maha Kasih

Sunyi semakin hilang diganti suara kertak dari tabrakan jidat dan lantai

Aku sudah sembah, lalu dimana lauk, nasi serta bayaran lainnya — -perut ini butuh isi bukan janji

Kudus, 13 Feb 2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun