Mohon tunggu...
zuhdi ilham nadjir
zuhdi ilham nadjir Mohon Tunggu... Penulis - buruh tulis

cuman buruh tulis yang hoby filsafat dan sastra.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Membebaskan Diri dari Bayang-bayang Luka

17 Oktober 2024   03:52 Diperbarui: 17 Oktober 2024   04:03 0
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
spreadgreatideas.org

Menyalahkan orang lain memberi rasa lega? Dan Kita terlepas dari tanggung jawab, seolah semua kesalahan ada pada mereka. Tapi apa rasa sakit itu benar-benar hilang, atau malah memperdalam luka yang kita rasakan?

Menyerahkan kendali perasaan yang kita miliki pada orang lain artinya membiarkan emosi perasaan kita dikendalikan oleh orang lain. Kita kehilangan kekuatan yang justru memperpanjang rasa kecewa dan sakit hati yang berulang.

Perasaan marah, sedih, atau terluka hal yang wajar, tapi yang lebih penting adalah bagaimana kita menanggapi perasaan itu. Menyalahkan orang lain tak akan pernah menyelesaikan apa yang sebenarnya kita rasakan. Kita akan merasa sejenak lega dengan mengalihkan rasa sakit kepada mereka, tetapi pada akhirnya, luka itu tetap ada di dalam diri kita.

Banyak yang berharap, orang lain bisa memahami keinginan atau kebutuhan tanpa kita ungkapkan. Saat mereka gagal memenuhi harapan tersebut, kita merasa kecewa dan terluka. Apakah itu sepenuhnya kesalahan mereka? Hal yang mungkin perlu kita telaah kembali adalah ekspektasi yang kita buat sendiri.

Setiap perasaan adalah tanggung jawab kita, bukan beban yang bisa dilimpahkan kepada orang lain. Melepaskan beban ini dengan cara mulai untuk mengenali dan mengelola emosi dengan lebih bijaksana. Menerima bahwa apa yang kita rasakan berasal dari dalam diri kita sendiri.

Kita tidak bisa mengontrol tindakan atau kata-kata orang lain, tapi kita selalu punya kendali penuh atas bagaimana kita merespons. Membangun kesadaran ini dalam merespon perasaan memberi kita menemukan ketenangan yang lebih dalam. Kita tidak perlu lagi menggantungkan kebahagiaan atau kepuasan hidup pada apa yang dilakukan atau tidak dilakukan orang lain.

Menyalahkan orang lain memang tampak lebih menyelesaikan masalah tapi itu hanya memberi ilusi kelegaan. Rasa sakit tidak benar-benar menghilang, dan kita terus terjebak dalam lingkaran perasaan itu. Hanya menerima bahwa perasaan itu adalah milik kita sendiri, kita bisa mulai menyembuhkan luka yang ada.

Kita seyogyanya belajar mengendalikan diri dan tidak lagi melihat orang lain sebagai sumber kebahagiaan kita, luka yang terasa perih perlahan akan sembuh. Rasa sakit yang semula begitu berat bisa berkurang ketika kita mulai melihat perasaan kita sebagai tanggung jawab sendiri. Mengambil alih kendali atas apa yang ada di dalam diri ialah kekuatan untuk bangkit dan melangkah ke depan dengan lebih tenang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun