Mohon tunggu...
zuhdi ilham nadjir
zuhdi ilham nadjir Mohon Tunggu... Penulis - buruh tulis

cuman buruh tulis yang hoby filsafat dan sastra.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Membesarkan Generasi yang Takut Mencintai

10 Juli 2024   12:22 Diperbarui: 9 Agustus 2024   17:55 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya takut bahwa kita mungkin sedang membesarkan generasi muda yang akan tumbuh dengan rasa takut untuk mencintai, takut untuk memberikan diri mereka sepenuhnya kepada orang lain, karena mereka akan melihat betapa sakitnya mengambil risiko untuk mencintai dan tidak berhasil. 

Saya khawatir bahwa mereka akan tumbuh mencari keintiman tanpa risiko, mencari kesenangan tanpa investasi emosional yang berarti. Mereka akan begitu takut dengan rasa sakit akibat kekecewaan sehingga mereka akan melewatkan kemungkinan cinta dan kebahagiaan.

Bayangkan seorang anak muda yang tumbuh dalam dunia yang penuh dengan hubungan yang rapuh dan dangkal. Setiap kali mereka menonton film atau mendengar cerita, yang mereka lihat adalah patah hati dan pengkhianatan. Mereka melihat orang-orang terdekat mereka tersakiti, menangis dalam kesunyian malam, meratapi keputusan yang mungkin tak seharusnya diambil. Dunia ini seakan-akan mengajarkan mereka bahwa cinta adalah permainan yang berbahaya, dan hanya sedikit yang berhasil keluar tanpa luka.

Di sekolah, mereka belajar banyak hal---matematika, sains, sejarah---namun pelajaran tentang mencintai dan dicintai sering kali terlewatkan. Mereka belajar tentang angka dan rumus, tetapi bukan tentang bagaimana memberikan diri kepada orang lain dengan sepenuh hati. 

Mereka melihat cinta sebagai sesuatu yang rumit, penuh dengan jebakan, dan risiko yang tinggi. Akibatnya, mereka memilih jalan yang lebih aman, menjauh dari komitmen emosional.

Sebagai orang tua, guru, dan anggota masyarakat, kita semua berperan dalam membentuk pandangan mereka tentang cinta. Apakah kita mengajarkan mereka bahwa cinta adalah sesuatu yang patut diperjuangkan, meskipun penuh risiko? Ataukah kita tanpa sadar menanamkan ketakutan dalam diri mereka, bahwa cinta hanya membawa penderitaan? 

Generasi muda ini mencari keintiman tanpa risiko. Mereka menginginkan kedekatan, namun takut terikat. Mereka mengejar kesenangan, namun menghindari kedalaman emosional. Mereka merasa nyaman dengan hubungan yang dangkal, karena mereka takut menghadapi kemungkinan patah hati. Padahal, keintiman sejati hanya bisa ditemukan ketika kita berani memberikan diri kita sepenuhnya, dengan segala kerentanannya.

Kita harus mulai mengubah narasi ini. Kita harus menunjukkan kepada mereka bahwa meskipun cinta bisa menyakitkan, ia juga bisa membawa kebahagiaan yang tak terhingga. Bahwa meskipun ada risiko, ada juga kemungkinan besar untuk menemukan kebahagiaan sejati. Kita harus mengajarkan mereka bahwa cinta sejati tidak datang tanpa usaha dan keberanian untuk mengambil risiko.

Marilah kita membesarkan generasi yang berani mencintai, yang tidak takut untuk memberikan diri mereka sepenuhnya kepada orang lain. Biarkan mereka melihat bahwa meskipun cinta kadang-kadang menyakitkan, ia juga bisa menjadi sumber kebahagiaan dan keindahan terbesar dalam hidup. Dengan begitu, mereka tidak akan melewatkan kemungkinan untuk merasakan cinta dan kebahagiaan yang sejati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun