Mohon tunggu...
zuhdi ilham nadjir
zuhdi ilham nadjir Mohon Tunggu... Penulis - buruh tulis

cuman buruh tulis yang hoby filsafat dan sastra.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Menggengam Amorfati dalam Kehidupan dan Tragedi

22 Januari 2024   03:03 Diperbarui: 26 Mei 2024   10:21 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Art: Photogravure by Clarence H. White

Di irama kehidupan, amorfati mengukir jejak makna. Setiap takdir, meski tragedi, adalah panggung untuk kita menari dengan keberanian. Bersama amorfati, kita temukan keajaiban dalam kehidupan yang penuh warna dan tragis. Memeluk diri di antara langit dan tragedi, Ikuti seruannya, temukan cinta pada takdir di setiap langkah. 

Friedrich Nietzsche, seorang filsuf Jerman yang kontroversial, tidak hanya dikenal karena konsep-konsepnya yang revolusioner dalam filsafat, tetapi juga karena pandangan uniknya terhadap kehidupan. Salah satu gagasannya adalah konsep "amorfati." Nietzsche mengajarkan kita untuk memandang takdir dengan cara yang berbeda, untuk menerima apapun yang mungkin terjadi dengan penuh keberanian, merangkulnya dan menjadikan sebuah kekuatan tersembunyi namun menakjubkan.

Secara harfiah, amorfati berasal dari bahasa Latin yang berarti 'cinta pada takdir.' Gagasan dasar amorfati adalah sederhana: apapun bentuk takdir yang kita hadapi, kita diundang untuk mengucapkan, 'Aku Menerimanya.' Ini adalah panggilan untuk memandang takdir sebagai bagian dari perjalanan hidup kita, bahkan jika terasa sulit atau penuh kehancuran. Nietzsche memandang amorfati sebagai kunci untuk membuka pintu ke kekuatan dalam diri kita. Amorfati, dalam konteks Nietzsche, bukan sekadar kata-kata, melainkan suatu panggilan untuk merangkul segala aspek kehidupan, termasuk yang terlihat seperti kehancuran.

Keberuntungan ditemukan dalam kemampuan untuk membawa amorfati ke dalam pikiran dan tindakan. Keberuntungan bukanlah hasil dari keadaan, melainkan hasil dari cara kita merespons takdir. Ini memberi kita kesempatan untuk membiarkan spontanitas batin kita mengalir, membawa kebijaksanaan dan kekuatan yang muncul dari dalam diri kita sendiri.Melalui konsep ini, Nietzsche mengajarkan bahwa saat-saat krisis dan kegagalan, yang mungkin tampak sebagai kehancuran, sebenarnya adalah peristiwa yang membentuk kehidupan kita sekarang. Melalui lensa amorfati, kita dapat melihat bahwa tidak ada yang terjadi pada kita yang tidak membawa aspek positif. Meskipun tampak dan terasa seperti krisis negatif, Nietzsche mengingatkan kita bahwa krisis adalah proses pengembalian diri, dan pada saat diminta untuk menunjukkan kekuatan, itulah ketika kekuatan sejati muncul.

Sebagian besar orang mungkin cenderung mengasosiasikan kata "bencana" dengan sesuatu yang negatif, tetapi melalui lensa amorfati, bencana bukanlah akhir dari segalanya. Tantangan menjadi panggung bagi kita untuk membuktikan ketangguhan dan kreativitas kita. Ketika dihadapkan pada kesulitan, kita tidak hanya bertahan hidup, melainkan juga memiliki kesempatan untuk berkembang dan melebihi batasan yang mungkin sebelumnya dianggap tak terlampaui. Mencintai takdir mengajarkan kita untuk tidak melihat tantangan sebagai hambatan, melainkan sebagai peluang untuk menunjukkan bahwa kita mampu mengatasi segala rintangan. 

Menghadapi tantangan dengan amorfati bukan berarti mengabaikan kesulitan atau menyembunyikan perasaan. Sebaliknya, ini adalah panggilan untuk menghadapi kenyataan dengan keberanian, tanpa membiarkan keputusasaan meracuni jiwa. Kita mengakui tantangan, namun tetap membawa cinta pada takdir dan mengubah bagaimana kita berinteraksi dengan dunia di sekitar kita. Setiap rintangan bukan lagi batasan, melainkan peluang untuk menciptakan, tumbuh, dan menyatakan kekuatan sejati kita. Dengan membawa amorfati dalam menghadapi tantangan, kita mengubah permainan kehidupan menjadi sebuah petualangan tanpa batas.

Amorfati juga menandai kesempatan untuk membebaskan diri dari berbagai tekanan kehidupan yang seringkali dapat membatasi spontanitas kita. Dengan merangkul takdir dan membawa amorfati, kita tidak lagi terbelenggu oleh kekhawatiran atau kecemasan yang dapat menghambat aliran spontanitas batin. Ini adalah pembebasan sejati yang memungkinkan kita untuk mengalami hidup secara autentik dan penuh warna. 

Ketika kita menyelami makna amorfati, kita menyadari bahwa krisis, yang sering dianggap sebagai momen tergelap dalam hidup, sebenarnya adalah proses pengembalian diri yang mendalam. Nietzsche meyakini bahwa krisis bukanlah akhir dari cerita kita, melainkan sebuah pintu gerbang menuju pemahaman yang lebih dalam tentang siapa kita sebenarnya.

Amorfati mengajarkan kita untuk memandang krisis sebagai panggilan untuk melihat ke dalam diri sendiri dengan jujur dan tanpa ketakutan. Saat kita berhadapan dengan krisis, kita dihadapkan pada kesempatan untuk memahami nilai-nilai inti dan keyakinan yang membimbing hidup kita. Ini adalah momen refleksi mendalam yang membawa kita pada perjalanan menuju identitas yang lebih kuat.

Proses pengembalian diri melalui krisis juga mencakup pengenalan terhadap sisi-sisi gelap dalam diri kita. Nietzsche berpendapat bahwa hanya melalui pemahaman dan penerimaan terhadap aspek-aspek sulit ini kita dapat berkembang menjadi individu yang lebih utuh. Amorfati, dengan mengajarkan kita untuk mencintai takdir, memandang krisis sebagai pintu masuk ke dalam ruang yang lebih dalam, di mana kita dapat mengeksplorasi sisi-sisi tersembunyi dari jiwa kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun