Bagi masyarakat Jawa pada umumnya mengenal busana adat Jawa, yang mana ruang lingkup hanya di Pulau Jawa saja, antara lain di Provinsi Jawa Tengah, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Provinsi Jawa Timur. Namun dalam perkembangan era, busana adat Jawa perlahan ditinggalkan oleh masyarakat Jawa itu sendiri, Kenapa?. Realita di masyarakat Jawa tradisi menggunakan busana Jawa tergeser oleh budaya modern dan masyarakat Jawa mulai tidak memperhatikan busana adat yang merupakan warisan leluhurnya.Â
Pemakaian busana adat Jawa hanya dipakai pada saat acara resepsi pengantin, kenduri, dsb. Dan busana adat Jawa juga hanya dipakai oleh para pelaku upacara, walau bila kita lihat untuk pegawai di lingkungan Provinsi Jawa Tengah mewajibkan untuk mengenakan pakaian adat Jawa setiap Kamis yang tertuang dalam Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 62 Tahun 2018. Merupakan salah satu cara untuk melestarikan Busana adat Jawa.Â
Kita sebagai masyarakat Jawa seharusnya bangga memiliki busana adat Jawa, mengapa? karena busana adat Jawa mengandung makna filosofis. Jadi menurut penulis bagi masyarakat Jawa melihat busana adat Jawa jangan hanya dari bentuk, warna fisiknya saja. akan tetapi harus mengetahui makna filosofisnya juga. Kalau kita mengamati dari busana adat Jawa makna filosofisnya sarat makna dan arti. Busana adat Jawa bukan hanya dikenakan oleh kaum Adam akan tetapi kaum Hawa pun mengenakan busana adat Jawa.Â
Busana adat Jawa yang dikenakan oleh pria akan disebut lengkap apabila yang dipakai dari kepala sampai kaki. Antara lain : Iket, udheng, rasukan, jarik, epek, sabuk, timang, canela dan lain sebagainya. Berikut makna filosofi pada bagian-bagian busana adat Jawa pria.Â
1. IketÂ
Iket terbuat dari kain dengan bentuk segitiga pada umumnya yang bisa dipakai sebagai penutup kepala. Dalam memakai iket harus diikatkan dengan kencang (kenceng)Â supaya tidak mudah lepas. Maka dari cara memakainya saja dapat disimpulkan bahwa iket mengajarkan manusia harus memiliki pemikiran teguh, tidak mudah goyah dalam keadaan ataupun godaan orang lain. Maka jadi manusia harus berpegang teguh pada apa yang akan menjadi tujuan hidupnya dalam membuat keputusan.Â
2. UdhengÂ
tidak beda dengan iket, udheng juga dikenakan pada bagian kepalahanya cara mengenakannya yang berbeda yakni seperti mengenakan topi. Asal kata udheng berasal dari kata mudheng (paham), dimana selalu mengajarkan agar manusia selalu memahami persoalan sebelum mengambil keputusan.
3. RasukanÂ
Merupakan baju adat Jawa yang disebut surjan. Makna kata rasukan mempunyai makna filosofis bahwasanya masyarakat Jawa selalu merasuk kedalam agama sebagai jalan untuk mendekatkan kepada Tuhan.Â
4. BeskapÂ