Beberapa bulan yang lalu, katanya, Miu-Miu merilis koleksi celana dalam dengan dua warna: opal dan sand beige dengan nama Embroiderd Slik and Wool Panties. Harganya bagi kita selaku anak petani, atau orang yang lahir dari keluarga yang tingkat ekonominya menengah ke bawah, sangatlah tergolong mahal: 5.600 USD atau 87 juta rupiah. Tentu saja, bagi kita, nominal itu di luar prediksi BMKG untuk nilai jual berupa sempak tok.Â
Betul, Bre. Yang mahal pasti kualitasnya lebih bagus. Salah satu contohnya, ya celana dalam produk Miu-Miu ini. Katanya, materialnya menggunakan slik yang lembut plus dilapisi wol, ditambah lagi hiasan bordir manik-manik. Memang, aduhai sekali kayaknya kelihatannya dan sensasinya saat dikenakan. Â
Tapi, melihat harganya yang amat tinggi, andai pun saya kaya raya, saya lebih baik akan memilih membuka aplikasi Shopee, pesan celana dalam yang 50.000 dapat 2 atau 3 pcs, lalu akan pakai voucher gratis ongkir.Â
Tapi, serius. Saya yakin, kalian bakal sepakat dengan saya: bagi saya membeli celana seharga 87 juta jelas nggak penting.Â
Celana dalam tetaplah celana dalam: tutup dan pengaman jenis kelamin.
Kita tahu, pakaian dalam yang tak boleh lupa dipakai adalah celana dalam. Dan, semua jenis celana dalam itu fungsinya sama. Simpelnya, selain agar nggak terkena iritasi, meminimalisir sakit karena si Joni atau si Jina terjepit resleting, adalah untuk menutupi jenis kelamin yang kita miliki.Â
Mau harganya mahal atau murah, kalau fungsinya sama, ngapain mau membeli yang mahal? Kayak amat nggak punya kerjaan aja sampean ini.Â
Uang sebanyak itu dibuat beli celana dalam 1 pcs adalah pemborosan, sangat!Â
Bayangkan, untuk mendapatkan uang sebanyak 87 juta itu tentu tidaklah mudah. Dan juga tidak butuh waktu yang sebentar. Sadar diri aja kalau kita ini bukan Ronaldo, Messi dan Mbappe serta bukan pula bandar judi online.
Jadi, sudah jelas letih berangan-angan betapa susahnya untuk mengumpulkan uang 87 juta.Â
Anggap saja butuh waktu 2 tahun. Maka, terasa amat sia-sia jika dalam sekejap 87 juta itu ludes lantaran dibelikan satu pcs sempak semata. Nah, itulah yang saya maksud pemborosan.Â
Sementara pemborosan, adalah salah satu perbuatan yang dianjurkan untuk tidak dilakukan. Bayangin, waktu bekerja kamu selama bertahun-tahun sudah semacam tak berarti, masuk perbuatan yang dilarang pula. Itu semua karena satu jenis sempak, Bre.
Mending yang 87 juta itu bagi, deh. 10 juta nya untuk beli celana dalam buat seumur hidup. Sisanya, rembuk bersama gimana baiknya. Misal, buat biaya pembuatan baliho gitu kek, kan sudah musim pemilu, nih. Mas Gibran sepakat, nggak?
Kebutuhan hidup tak hanya tentang per-celana dalam-an
Ya, andai saja saya kaya raya, saya tak akan membeli celana dalam produk asal Miu-Miu yang dibanderol 87 juta itu. Sebab, kebutuhan hidup tak hanya tentang per-celana dalam-an. Ada banyak hal yang lebih penting dikedepankan daripada urusan membeli sempak dengan harga yang fantastis.Â
Sebab, uang sebanyak itu jelas bisa dipakai bikin rumah, beli hp dapat banyak, bisa beli kendaraan, modal usaha dan lain-lain. Atau boleh juga ditabung buat umroh bersama keluarga. Atau bisa juga ditabung buat modal menikah. Ini sederhana tapi konkret: percuma jenis celana dalamnya merk nya berkelas dan harganya sangat mahal, kalau isi celana dalamnya masih nggak menemukan pasangan.
Ingat, sanak famili kita, saat kita menyambangi rumahnya saat musim lebaran, mereka tidak bertanya apa jenis atau merk celana dalam yang kita pakai. Kebanyakan, bertanya sudah punya tunangan apa tidak, dan kapan mau bertunangan untuk calon pasangan (suami-istri).
Nah, itulah yang saya maksud betapa tidaknya pentingnya membeli celana dalam seharga 87 juta.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H