Saat saya membuka Instagram, ketemulah dengan video yang diunggah oleh akun @madura.receh yang memperlihatkan konten seorang pengantin laki-laki menangis tatkala prosesi timang manten di atas panggung, dikalungi uang, air matanya dibantu diusap oleh pengantin wanita.Â
Setelah saya membaca komentarnya, komen netizen asal Madura itu aneh-aneh. Ada yang bilang menangis mungkin kakinya keinjek, takut nggak dikasih jatah di atas ranjang, uangnya kurang banyak, lupa angkat jemuran, dan komen sembarangan lainnya. Namun, saya tak bisa ketawa sama sekali saat membaca komentar mereka di akun receh itu. Sebab, konten di akun receh, tak semuanya pantas ditanggapi receh pula.
Â
Saya sedih betul melihat Mas nya menangis di hari bahagia kayak gitu. Saya hanya mikir, kok ya bisa-bisanya orang-orang itu seenaknya berkomentar. Ya, saya tahu, pemikiran orang memang tak akan sama dalam melihat dan memikirkan sesuatu. Dan, saya jelas kontra dengan mereka yang seenaknya bilang sembarangan di kolom komentar tadi.Â
Menangis karena urusan hal sepele, jelas tak masuk akal
Setahu saya, dari omongan tetangga, orang tua, dan kalimat demi kalimat dalam beberapa tulisan, dapat dipahami bahwa menikah itu nggak mudah. Masa-masa bahagia, banyak yang bilang paling nggak selama kurang lebih 6 bulan saja. Selepas itu, orang yang menikah akan diuji dalam berbagai keadaan. Termasuk kesabarannya dalam menghadapi masalah keluarga.Â
Jadi, menikah itu bukan soal urusan pelampiasan atau melepas hawa nafsu ke tempat yang semestinya, yang halal. Artinya, menangis di atas panggung lantaran dikira takut nggak dikasih jatah surga dunia yang khawatir nafsunya malah brutal macam binatang atau sebab kakinya keinjek, dan hal sepele lainnya, jelas omongan yang nggak masuk akal.Â
***
Saya membayangkan kenapa pengantin laki-laki itu bisa menangis di prosesi pernikahannya.Â
Pertama, Mungkin, Mas nya sudah tanpa sosok orang tua. Atau, Ibunya ada, tapi Bapaknya sudah meninggal. Bisa juga, mungkin sebaliknya. Ini serius. Bisa jadi, Mas nya berpikir kelak harus mengadu soal hidupnya ke sosok ayah atau ibu, tapi mereka sudah tiada. Siapa hidupnya yang nggak sedih jika seorang anak hidup tanpa ayah atau ibu, tanpa keluarga yang lengkap yang dia sayangi? Sementara dia, butuh petunjuk dari orang tua.Â