Mohon tunggu...
Zubaili
Zubaili Mohon Tunggu... Guru - Guru Honorer - Aceh. "Belajar Harus Berguru, Bukan Meniru"

Menulis adalah bagian dari belajar. Dengan belajar, kita bisa mengajar... Dengan mengajar, kita bisa belajar...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kisah Nyata | Inspirasi Hidup dari Pedagang Asongan

15 Januari 2021   21:27 Diperbarui: 4 Maret 2021   22:16 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bruuuumm.." suara kereta butut yang saya beli 15 tahun silam mulai meraung. Isyarat Saya akan segera berangkat dan meninggalkan istri dan si buah hati nan jelita untuk sementara waktu. Ucapan salam dan diikuti lambaian tangan secara perlahan-lahan membuat jarak kami semakin jauh, dan akhirnya semakin jauh, jauh, dan menghilang mengikuti arus jalan bebatuan.

Dalam perjalanan menuju ke Madrasah Tsanawiyah Swasta Keutapang Dua (MTsS Keutapang Dua) tempat saya mengajar, dari kejauhan nampak seseorang yang berjalan membawa barang dagangan, nampak samar-samar dari kejauhan seorang laki-laki berjalan pelan-pelan. Semakin dekat semakin jelas nampak tubuh laki-laki tersebut dengan pakaian yang bersih. Tiba-tiba Saya terkejut.

"Subhanallah... Sungguh mulia hati penjual ini." Gumam saya dalam hati secara spontan.

Bayangkan! Bagaimana tidak terkejut, saya melihat dengan mata kepala sendiri, seorang laki-laki yang berusia lebih kurang 40 tahun membawa barang dagangan dengan berjalan kaki sambil menawarkan barang dagangannya kepada orang-orang yang dia hampiri.

Banyak pedagang yang lain yang menawarkan barang dagangan seperti halnya yang Bapak ini lakukan, yang membedakan nya Bapak ini membawa barang dagangan dengan berjalan kaki, dan kaki yang digunakan hanya satu kaki karena kaki satunya lagi sudah tidak beliau miliki lagi. Entah apa penyebabnya saya kurang tahu. Sangat terharu melihatnya.

Iya, siapa saja yang melihatnya pasti merasa iba, bayangkan disaat sebagian orang yang kadang-kadang tidak memiliki kekurangan seperti beliau (tidak cacat) tapi masih malas bekerja, malas mencari nafkah, tetapi demi mencari rezeki yang halal beliau tidak memperdulikan kekurangan yang beliau miliki.

Beliau malu menjadi peminta!

Bayangkan cukup banyak di sekitar beliau yang sama seperti kondisi beliau atau yang tidak cacat tapi lebih senang mencari jalan pintas dengan meminta-minta demi meraup peng griek (dibaca: uang recehan) yang menggiurkan.

Mereka tak segan-segan meminta-minta di lampu merah, masuk warung-warung dengan membawa kotak sumbangan, dan lain sebagainya. Tetapi tidak dengan beliau. Padahal dengan kondisi seperti beliau, saya yakin seandainya beliau menjadi seorang peminta pasti akan sangat banyak yang iba, dan memberikannya.

Ini menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi kita. Sosok Bapak ini bisa dijadikan inspirasi dan motivasi kita dalam kehidupan sehari-hari.

Ingat, tak perlu diperbanyak kosakata. Mari kita renungkan! 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun