Era industri 4.0, bisnis start-up telah menjadi tren yang sedang berkembang pesat di kalangan anak muda. Fenomena ini juga terlihat di Indonesia, dengan jumlah perusahaan start-up yang semakin meningkat. Artikel ini akan membahas mengenai pertumbuhan start-up di Indonesia, pengaruh era industri 4.0, dan peran penting yang dimainkan oleh Silicon Valley Bank dalam mendukung perkembangan start-up. Indonesia telah menjadi tempat bagi banyak perusahaan start-up yang sukses. Menurut Tazkiyatturrohman (2020), Indonesia memiliki 4 dari 8 unicorn di Kawasan Asean dan lebih dari 1.720 perusahaan start-up. Hal ini menempatkan Indonesia pada peringkat keempat di dunia dalam jumlah perusahaan start-up terbanyak. Perkembangan ini menunjukkan bahwa tren start-up telah merambah dunia bisnis di Indonesia.
Era industri 4.0 telah membuka peluang besar bagi bisnis digital di Indonesia. Dengan revolusi industri ini, teknologi informasi dan komunikasi menjadi kekuatan utama dalam industri. Bukan hanya dalam proses produksi, tetapi juga dalam mencapai efisiensi maksimum dalam rantai nilai bisnis digital. Perusahaan start-up yang bergerak di bidang teknologi dan aplikasi mengalami perkembangan signifikan. Start-up ini menciptakan inovasi dan kemudahan bagi konsumen. Kolaborasi antara perusahaan seperti Gojek dan Blue Bird melalui aplikasi Go-BlueBird menjadi contoh bagaimana start-up dapat memberikan manfaat bagi konsumen dan meningkatkan penjualan (Tazkiyatturrohman, 2020).
Perkembangan perusahaan Sturt Up terutama dalam perekonomian internasioal, tentu tidak lepas dari modal yang digunakan untuk mendirikan. Sebagai salah satu bank yang mendanai Start Up, Silicon Valley Bank (SVB) telah berperan penting dalam mendukung perkembangan start-up di dunia. Awalnya, SVB didirikan sebagai bank yang menyediakan layanan keuangan dan modal bagi start-up di Silicon Valley, Amerika Serikat. SVB memainkan peran sebagai "mitra keuangan bagi ekonomi inovasi" (Hardiansyah, 2023). Perusahaan yang didanai oleg Sillicon Valley Bank (SVB) sudah merambah dalam berbagai bidang. Start-up terbagi dalam lima bidang utama: e-commerce, transportasi dan makanan, media online, perjalanan online, dan layanan keuangan. E-commerce menyediakan platform untuk jual beli online, sedangkan start-up transportasi mengubah cara orang bepergian. Start-up di bidang media online berkaitan dengan periklanan dan teknologi periklanan. Start-up perjalanan online menyediakan layanan pemesanan hotel, penerbangan, dan paket perjalanan. Sementara itu, start-up di bidang layanan keuangan mencakup pembayaran, pinjaman, asuransi, dan investasi.
Karina (2022) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa perusahaan start up sangat berpengaruh untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia. Perusahaan Start Up yang menjadi bagian ekonomi digital berkontribusi 4% dari GDP. Perusahaan Start Up dapat terus bertahan dan mendorong ekonomi Indonesia terutama pada sektor e-commerce. Banyak sektor startup yang tumbuh di Indonesia menjadi keunggulan bagi Indonesia untuk terus meningkatkan pertumbuhan ekonomi terutama pada sektor digital. Prestasi yang diraih Indonesia karena memiliki beberapa perusahaan Start Up unicorn menjadi keunggulan dalam dunia perekonomian termasuk perekonomian internasional.
*Penulis: M. Imam Husein
 Mahasiswa Asal Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo Fakultas Ekonomi Program Studi Manajemen
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H