Mohon tunggu...
Zega Rizaldi
Zega Rizaldi Mohon Tunggu... -

Pengennya sih jadi penulis yang handal dan lihai... bukan penyanyi...

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Dasar Orang-orang Ga Punya Jati Diri

3 Februari 2010   04:25 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:07 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Sekarang anak-anak pada gaya-gayaan makan di Mcd. Padahal, nih Amerika sana yang makan gituan tuh supir-supir truk! Di sini gayanya udah kaya orang kaya aja!”

Wah saya menjadi semakin bingung. Dia tidak bisa dibantahkan apalagi karena saya tidak punya argumen yang kuat untuk menandingi pembicaraannya.

“Lu tahu gak arti tuh lambang buat orang-orang Jerman aslinya!? Itu tuh sama aja kaya lambang palu arit di sini tahu gak! Kalo lu kesana pake baju ini, bisa habis kali!”

Wuih, pembicaraan kok mulai masuk ke topik sejarah kelam Indonesia. Saya lemah terhadap topik ini. Pokoknya sepanjang waktu itu saya lemah lah. Entah lah saya ingin berbicara tapi kok ya tidak bisa. Mana senior saya itu, kalau sudah nyerocos tidak mengenal titik. Terus saja dia berbicara sepanjang nafasnya yang tidak pernah berhenti.

Seorang senior lainnya masuk ke dalam ruangan. Si senior kepala botak itu pun sedikit menghentikan penjelasannya dan menoleh ke arah orang yang baru saja memunculkan dirinya di pintu.

“Coba lu tanya dia tuh yang pernah tinggal di Jerman. Eh, kalo ada orang yang pake baju kaya gini kira-kira di sana nasibnya bakal kaya apa tuh?”

Masih saja dia menyangkutkan saya dalam pertanyaannya.

“Ya paling dihabisin. Orang-orang sana tuh kesel kali ngeliat tuh lambang.” Jelas senior saya yang pernah tinggal di Jerman.

Waduh, jawabannya memperparah posisi saya kala itu, semakin semerawut lah saya jadinya. Ini itu salah, begini begitu salah. Ingin rasanya saya langsung membuka baju di tempat. Tapi karena rumah masih jauh dan penumpang bus akan melihat serta menilai saya, maka saya urungkan niat baik saya itu.

Pembicaraan 15 menit tersebut seakan-akan menjadi pembicaraan 15 jam. Saya lupa kenapa pembicaraan itu akhirnya berakhir, yang pasti setelah itu saya dapat bernafas lega dan saya berpikir berkali-kali ketika hendak memakai t-shirt yang sama. Tidak hanya itu, pembicaraan tersebut juga menyadarkan saya betapa oon-nya saya memakai sesuatu yang tidak saya ketahui apa artinya, apa pesan yang sebenarnya ingin disampaikan.

T-shirt itu tampaknya tidak pernah saya pakai kembali dan saya tidak tahu dimana keberadaannya saat ini. Mungkin t-shirt tersebut sudah berpindah tangan. Dan resek-nya saya mungkin t-shirt itu sudah dipakai oleh orang-orang yang membutuhkan baju dalam hal ini orang-orang yang kurang mampu. Untuk hal itu saya meminta maaf, karena tidak ada maksud untuk menyerupakan nasib si pemakai baju dengan nasib saya yang habis diceramahi oleh senior saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun