Judul: Norman Edwin Sub judul: Catatan Sahabat sang Alam Editor: Rudy Badil Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia, 2010 Saat tahu bahwa buku ini sebentar lagi ada di rak buku Gramedia, saya tidak mengetahui siapa sebenarnya Norman Edwin. Sedikitpun tidak pernah dengar. Akhirnya, pada suatu waktu saya sempat ke Gramedia, sedang memilih-milih buku untuk dibaca, pilihan saya tertuju pada buku dengan dominasi warna hijau ini. Ternyata sudah terbit. Dibaca selintas back cover dari bukunya, saya semakin tertarik mengetahui isinya. Tergoda dengan tulisan "kisah perjalanan andal yang sudah punya "umat"nya sendiri, saya semakin penasaran, who the heck is Norman Edwin. Singkat cerita, setelah cicil mencicil buku yang lumayan tebal (423halaman), akhirnya kemarin selesai juga. Saya terus terang amat amazed dengan kisah hidup seorang Norman Edwin (NE). Kisah perjalanan hidupnya sangat inspiratif bagi saya pribadi. Buku ini berisikan catatan-catatan perjalanan NE mengarungi sungai, hutan, mendaki gunung, tebing sampai penjelahan laut lintas samudra, yang pernah diterbitkan oleh majalah-majalah dan koran. Pilihan-pilihan artikel yang ada di buku ini saja sudah mampu membuat saja deg-degan bacanya, apalagi kalo saya bisa membaca tulisan-tulisan lengkap NE, pasti banyak sekali yang menarik dan terlewatkan. Sebagai seorang penjelajah, petualang, pengembara alam sosok NE saya akui harus diacungi jempol, tanpa kondisi fisik seseorang yang prima, tidak akan mampu menempuh petualangan yang dia lalui. Dari Aceh sampai Papua, Darwin sampai Ambon, bahkan Ujungpandang sampai Madagaskar sudah pernah disambanginya. Bukan main memang. Selain itu sebagai jurnalis, saya menilai sebagai orang awam, tulisan dari NE sangat mudah dibaca, tidak penuh dengan istilah-istilah teknis dan penuturannya sangat beruntut. Tidak heran apabila banyak sekali pembaca yang menjadi "umat" dari tulisan-tulisannya. Sangat menarik membaca petualangan-petualangan NE. Bagi saya yang berkesan adalah petualangannya dalam menaklukan 7summit dan pelayaran Ammana Gappa, Perahu Phinisi dari Ujungpandang sampai Madagaskar. Sulit membayangkan melakukan ekspedisi-ekspedisi yang dilakukan oleh NE dalam rentang waktu tahun 70-awal 90an, mengingat belum banyak teknologi-teknolgi seperti telepon satelit atau GPS yang sekarang sudah menjadi alat-alat wajib dalam penjelajahan alam bebas. Belum lagi penjelajahan NE ke Aceh, Papua atau Kalimantan, yang pada dekade terakhir ini saja, jalur transportasi masih susah, apalagi tahun segitu!? Membutuhkan keniatan yang luar biasa dan tekad kuat untuk melakukan ekspedisi tersebut. Mau ngikutin jejaknya NE kok kayanya susah yah. Skill dari Bang NE ini banyak sekali, dari penelusuran gua, bisa sailing, jago tali temali pastinya, teknik memanjat gunung/tebing, sampai pengetahuan teknis arung jeram. Dedikasi sebagai seorang jurnalis dan adventurer sangat jelas tergambar dalam buku ini. Tidak perlu dijelaskan lagi kalo profesi yang digelutinya sangat jauh dari gelimang harta. Ada perkataan bahwa, kalau mau kaya, jangan jadi wartawan. Tapi seorang NE mendapat lebih dari sekadar materi dari perjalanan hidupnya. Terus terang NE sekarang menjadi role model saya dalam melakukan petualangan atau penjelajahan. Juga sebagai jurnalis, NE memberi inspirasi kepada saya untuk semakin mengembangkan kemampuan foto jurnalistik yang sedang saya dalami. Terimakasih dan salam saya untuk sang editor Rudy Badil, yang telah mengangkat sosok NE yang sebelumnya tidak saya kenal, dan sekarang, sungguh, telah menjadi inspirasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H