Mohon tunggu...
Zoya Ghaniya
Zoya Ghaniya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Universitas Airlangga

Menulis menjadi salah satu hobi yang saya tekuni sejak kecil

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Pemikiran Stoikisme sebagai Cara Menyikapi Hidup

4 Desember 2024   12:59 Diperbarui: 4 Desember 2024   13:06 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Pemandangan (Sumber: freepik.com)

Sebagian besar orang pasti pernah merasakan berbagai permasalahan dalam hidup. Situasi yang tidak berjalan sesuai ekspektasi seperti musibah, kehilangan harta, dikeluarkan dari pekerjaan, ditinggal orang tersayang, dibohongi dan dikhianati orang yang dipercaya, serta lain sebagainya. Namun, tiap-tiap individu juga memiliki caranya sendiri dalam menyikapi permasalahan yang mereka alami. 

Bagi mereka yang sudah terbiasa berpikir jauh kedepan, membayangkan resiko, dan memiliki gambaran akan fase terendah, dapat menghadapi berbagai permasalahan itu dengan tenang dan cermat. Berbeda dengan mereka yang tidak menyangka dan tidak menyiapkan diri akan berbagai kemungkinan kedepannya. 

Lalu, apa cukup dengan berpikir jauh kedepan sudah bisa membantu kita dalam menyikapi permasalahan yang muncul?

Berpikir jauh yang bijak tidak semata-mata hanya memikirkan cost and effect. Berpikir jauh yang dilengkapi dengan pemikiran stoikisme membantu dalam menciptakan ketenangan hati dan penerimaan atas segala hal yang terjadi diluar perkiraan. Untuk itu, aliran stoikisme penting untuk dipahami dan diterapkan sehari-hari.

Tetapi, apa itu stoikisme dan bagaimana cara menerapkannya?

Muncul pada jaman Yunani dan Romawi kuno sebagai sebuah aliran atau mazhab filsafat yang didirikan di kota Athena, Yunani, oleh filsuf Yunani Zeno dari Citium pada awal abad ke-3 SM dan dikembangkan oleh sederet filsuf Romawi seperti Seneca, Epictetus, Marcus Aurelius. 

Stoikisme merupakan sebuah pemikiran filosof yang berfokus pada hal-hal dalam jangkauan kontrol manusia, untuk mensyukuri apa yang sudah terjadi. Salah satu tujuan penting dari stoikisme yakni penguasaan diri atau self-mastery. Memisahkan pada hal-hal yang bisa dikendalikan, dan tidak bisa dikendalikan. 

Stoikisme mendorong manusia untuk bisa mengontrol perspektif dan emosi diri agar terbiasa di ketidaknyamanan dan tidak mengharapkan kesempurnaan. Di kehidupan kita sekarang yang segala halnya dituntut untuk sempurna dan menghasilkan sesuatu yang besar, kita tidak akan benar-benar merasa bahagia jika terus berada di posisi "aman".

 Terlepas dari hasil terbaik yang selalu kita harapkan, manusia tidak punya kontrol sepenuhnya terhadap hal-hal yang terjadi pada diri mereka. Memusatkan keberhasilan dan kebahagiaan diri sesuai dengan kemampuan, menciptakan kebebasan dari belenggu ekspektasi dan harapan.  

Foto Lingkaran Kendali (Sumber: triantoadi.com)
Foto Lingkaran Kendali (Sumber: triantoadi.com)

Stoikisme mengajarkan setiap individu untuk menilai kesuksesan diri dari jumlah usaha dan jerih payah yang sudah diberikan untuk menggapai sesuatu, kualitas yang ada pada setiap progres nya dimana kalian menikmati setiap tahapnya, bukan dari hasil validasi dan pengakuan yang didapati dari lingkup luar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun