Timbulnya tindakan radikalisme di Mako Brimob
Pemicu awal kerusuhan di Mako Brimob dikabarkan disebabkan adanya keributan yang dilakukan tahanan karena urusan makanan sebagaimana yang disampaikan oleh Kadiv Humas Polri Irjen Setyo Wasisto sebagaimana contoh berita pada http://news.detik.com/berita/4013745/penyebab-rusuh-mako-brimob-napi-wawan-ribut-soal-makanan
Namun "urusan makanan" berkembang menjadi tindakan radikalisme dan bahkan timbul pembunuhan kemungkinan besar disebabkan keyakinan , prinsip hidup atau cara pandang mereka terhadap umat Islam pada umumnya sehingga 5 anggota polisi gugur dalam kerusuhan tersebut.
Contohnya para pelaku bom bunuh diri yang mengaku muslim adalah orang-orang yang mempunyai keyakinan atau prinsip bahwa POKOKNYA jika TIDAK SESUAI dengan apa yang mereka baca, terjemahkan dan pahami dari kitab Al Qur'an dan Hadits maupun kitab atau perkataan (pendapat) ulama terdahulu secara otodidak (shahafi) menurut akal pikiran mereka sendiri maka mereka menyalahkan, menganggap sesat dan bahkan mengkafirkan sehingga menghalalkan darah umat Islam.
Mereka terjerumus mengikuti orang-orang yang secara terang-terangan melanggar larangan Rasulullah yakni mereka "kembali kepada Al Qur'an dan Hadits" secara otodidak (shahafi) menurut akal pikiran mereka sendiri.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda "Barangsiapa menguraikan Al Qur'an dengan akal pikirannya sendiri dan merasa benar, maka sesungguhnya dia telah berbuat kesalahan". (HR. Ahmad)
Orang yang berguru tidak kepada guru tapi kepada buku saja maka ia tidak akan menemui kesalahannya karena buku tidak bisa menegur tapi kalau guru bisa menegur jika ia salah atau jika ia tak faham ia bisa bertanya, tapi kalau buku jika ia tak faham ia hanya terikat dengan pemahaman dirinya sendiri menurut akal pikirannya sendiri.
Boleh kita menggunakan segala macam wasilah atau alat atau sarana dalam menuntut ilmu agama seperti buku, internet, audio, video dan lain lain namun kita harus mempunyai guru untuk tempat kita bertanya karena syaitan tidak berdiam diri melihat orang memahami Al Qur'an dan Hadits
"Man la syaikha lahu fasyaikhuhu syaithan" yang artinya "barang siapa yang tidak mempunyai guru maka gurunya adalah syaitan
Al-Imam Abu Yazid Al-Bustamiy , quddisa sirruh (Makna tafsir QS.Al-Kahfi 60) ; "Barangsiapa tidak memiliki susunan guru dalam bimbingan agamanya, tidak ragu lagi niscaya gurunya syetan" Tafsir Ruhul-Bayan Juz 5 hal. 203.
Jadi pengikut syaitan atau wali syaitan dapat diakibatkan karena salah memahami Al Qur'an dan Hadits seperti orang-orang yang mengaku muslim namun pengikut radikalisme dan terorisme.