Mohon tunggu...
Kebijakan Artikel Utama

Mau di Bawa Kemana Negara Ini?

13 April 2015   06:00 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:11 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhir-akhir ini negara Indonesia mengalami keguncangan yang hebat. Keguncangan tersebut menyangkut kehidupan ekonomi, politik, budaya, hukum dll. Misalnya saja dari ekonomi, harga BBM yang dalam 1 bulan tidak menentu. Pemerintah menyatakan harga BBM mengikuti minyak dunia. Namun pemerintah tidak melihat bagaimana derita rakyat miskin yang masih banyak terlambat mendapat informasi. Dengan mengikuti minyak dunia, maka bisa jadi perekonomian Indonesia sekarang sedang dipermainkan oleh asing. Dan dengan hal semacam itu pemerintah kurang berani mengambil resiko dan seakan kehilangan kedaulatan dalam mengatur perekonomiannya.

Lain bidang ekonomi, lain juga cerita hukum. Kasus tentang “nenek Asyani” dengan kasus calon Kapolri “Budi Gunawan”. Kasus tentang nenek pencuri kayu itu begitu getol sangat dipermasalahkan oleh Perhutani dan Kepolisian. Hal itu terlihat sekali bahwa Institusi yang menuntut menginginkan sekali nenek tersebut masuk penjara. Tapi mengapa ketika penebangan secara liar tidak dapat menangkap pelakunya, sementara si nenek yang diduga mengambil beberapa saja kok bisa tahu? Aneh tapi nyata. Sementara kasus BG bagai air mengalir. Sudah ditetapkan KPK sebagai tersangka, ternyata lolos hingga tahap akhir. Dua kasus yang mengindikasikan bahwa negara ini butuh para pemimpin yang adil, jujur, tegas. Betapa tidak, dari 2 kasus itu terlihat bahwa hukum sekarang jauh dari “adil”,justru terlihat “tumpul ke atas, tajam ke bawah”.

Pertama, pemerintah harus sadar masyarakat sekarang lebih jeli dalam mengawal pemerintahan. Masyarakat juga menilai bagaimana kebijakan pemerintah yang dulu ketika kampanye pro-rakyat, justru sekarang jauh dari janji kampanye. Jika memang itu pemerintah mengikuti perkembangan dunia, seharusnya pemerintah bisa lebih tegas dan kondusif dalam membuat kebijakan. Jangan seperti dimonopoli negeri ini oleh negara-negara yang kuat dari semua sektor.

Kedua, ciptakanlah negara yang adil, makmur, damai, sejahtera. Negara hukum seperti Indonesia sekarang membutuhkan jiwa yang kuat, hebat, bersih. Pemimpin sekarang haruslah bisa melakukan apa yang ketika kampanye kemarin dijanjikan dengan tegas. Pemimpin yang kuat akan membuat negara ini kuat, tidak seperti sekarang yang terlihat premature, mudah timbul konflik yang endingnya begitu indah dengan segebok uang. Pada saat ini negara Indonesia sangatlah jauh dari cita-cita bangsa pada pembukaan UUD 1945 dan pengamalan sila ke 5. Itulah realitas bangsa ini yang begitu jelas gampang di omabang-ambingkan.

Maka dari itu, belajar melihat dari kekurangan yang sekarang mari semuanya menunjukkan bagaimana revolusi mental itu. Jangan hanya berucap saja namun diimplementasikan sekarang, apalagi sedang goyah negara ini. Kasus korupsi, bagi-bagi kekuasaan, menindas rakyat miskin itu merupakan PR besar bagi semua lapisan negara ini untuk merevolusi mental yang bobrok ini. Untuk para wakil rakyat entah dimana tempatnya, perjuangkan aspirasi rakyat ini. Sekarang bukan waktunya bertanya ini salah siapa. Namun sekarang waktunya bertanya mau kemana negara ini jika tidak cepat diperbaiki semuanya. Bisa dibayangkan baru 5 bulan memimpin banyak kekacauan apalagi jika kelak sudah 2 tahun. Sikap Presiden tidak selalu salah dalam masalah-masalah ini, beliau mungkin butuh orang-orang Indonesia yang mampu menyokong dan mensupport supaya lebih cepat, tegas dalam mengeluarkan kebijakan.

Suatu NKRI ini akan terlihat bagaikan pecahan kaca jika tidak cepat mencari solusinya. Dan akan terlihat seperti rantai besi jika semuanya bersatu mendukung dan mengawal pemerintahan ini menuju pemerintahan yang kuat supaya cita-cita bangsa ini terlaksana dan jauh dari konflik internal maupun eksternal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun