Mohon tunggu...
Politik Artikel Utama

Siapa yang Perlu di Revolusi Mentalnya?

19 April 2015   22:31 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:54 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Bangsa ini butuh direvolusi mentalnya. Itulah kata Presiden kita di awal memerintah. Memang banyak yang harus direvolusi, tidak hanya mentalnya saja. Namun semua itu benar atau hanya opini saja dalam mewujudkannya. Presiden pun mungkin sudah lupa ucapan itu. Baru berapa bulan saja sudah dikritik banyak orang. Kebijakan yang ketika awal membuat rakyat itu tersenyum kini menjadi gusar. Lantas siapa yang harus direvolusi?

Pertama, presiden jangan hanya gebrakan saja. Negara ini begitu luas, jika hanya gebrakan di awal maka bisa jadi tidak akan lama bertahan memerintah. Misalnya saja ketika awal presiden menginstruksikan untuk berhemat dari impor yang tidak penting seperti gula, daging, dll. Tapi bertahan berapa hari opini tersebut. Justru yang terbaru pemerintahan melakukan utang luar negeri yang semakin bertambah. Apakah rakyat kecil mau dicekik secara perlahan? Sementara golongan elite menikmati kesengsaraan rakyat.

Kedua, pemerintah harusnya berfikir matang tentang semua bidang yang menyangkut masyarakat luas. Banyak kasus yang merasa rakyat dibodohi. Tentang penetapan kapolri, BBM, mobil nasional, DP mobil pejabat dll. Kasus tersebut adalah hal yang tidak pantas ada. Keputusan dalam kasus tersebut dengan jelas menyalahi konstitusi. Selain konstitusi secara etika pun sudah tidak pantas. Apa ada orang punya masalah malah tidak dianggap bermasalah. Apa mungkin pula jika rakyat ini dicabut subsidinya malah wakil rakyat menikmati enaknya naik mobil yang diberi uang muka. Revolusi mental yang hanya dikalangan bawah namun atasnya tak bermental revolusi.

Pemerintah yang sembrono. . .

Hal yang dikerjakan secara sembrono maka akan menghasilkan yang kurang baik pula. Ketiga, presiden tak biasa baca surat secara menyeluruh. Sebagai pemimpin negara seharusnya kejadian yang sepele hanya karena tanda tangan tersebut tidak terjadi pada beliau. Bagaimana tidak beliau lulusan universitas ternama kok bisanya dinyatakan tidak biasa membaca surat yang akan ditanda tanganinya. Semoga saja mental beliau diperbaiki karena bisa jadi fatal jika tidak suka baca terus itu terkait uang, bisa jadi korupsi.

Negara ini memang harus revolusi mental tapi ya harus dengan perlahan namun pasti. Dengan tekad yang kuat dan tidak saling menyalahkan akan terciptanya keharmonisan. Semua elemen harus bersama menuju Merah Putih yang kuat demi Indonesia Hebat. Kesalahan-kesalahan awal ini janganlah diteruskan karena akan fatal. Justru harus ada perbaikan bukan penghancuran. Biarkan pemerintahan ini sampai dengan 5 tahun, untuk menuju 5 tahun marilah kita kawal supaya semua berjalan lancer.

Semua bidang dengan kerjasama dan semua masalah jik diatasi dengan musyawarah akan begitu indah. Marilah kita meneruskan yang baik dari pemimpin sebelumnnya dan mengevaluasi untuk memperbaiki yang salah. Bukan ganti pemimpin ganti pula kebijakan. Dan ambil sisi positif dari kesalahan tersebut untuk memperbaiki masa depan cerah. Jangan hanya berkata “pie bro, enak jamanku to..!!” karena semua manusia pasti punya salah dan berhak untuk saling memperbaiki dan saling mengingatkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun