Mohon tunggu...
zonderzulu bin zorg
zonderzulu bin zorg Mohon Tunggu... -

traveller

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Masihkah Kita Harus Berpolitik?

19 Juni 2012   04:46 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:48 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

namu Di antara cerita perang yang terjadi di hutan-hutan, perkotaan, air, darat, gunung, dan lembah, bangsa Indonesia ternyata terlahir  melalui perdebatan, melalui diskusi, dan olah pikir. Tak ada aturan dalam debat saat itu, hanya rasa ingin mendapatkan makna baru dan pelepasan cita-citalah yang membuat tokoh bangsa mengumpulkan semua ego mereka yang berbeda-beda. Kesepakatan menjadi orientasi dalam menyelesaikan masalah bangsa. Kesepakatan itu berjudul Undang-Undang Dasar, dan mungkin masih banyak kekurangannya. Seperti payung kecil, kadang tak cukup menaungi warganegara yang ingin mendapatkan kenyamanan. Ya, kenyamanan, bukan kemerdekaan. Bagi orang yang mencari merdeka, memiliki payung saja sudah menjadi anugerah. Memiliki kepercayaan diri dalam menghadapi hujan adalah sebuah amanah. Kenyamanan adalah candu bagi orang yang ingin dimanjakan mimpi. Mulai dari undang-undang, sistem  dan organisasi pun tumbuh, tumbuh seperti syaraf otak yang saling tersambung, dan menjadi mesin fikir dalam menyelesaikan masalah kebangsaan. Peraturan tumbuh seperti jalan-jalan raya kota yang saling menghubungkan. Besar, kecil, panjang, lebar, sempit, luas, seperti itulah analoginya. Setiap orang selayaknya bisa menggunakan jalan itu. Tak haruslah kita menggunakan kendaraan jika tak terikat dengan timeline waktu. Cukup berjalan saja, kita bisa sampai di tujuan, kita bisa mendapatkan rasa kemerdekaan dan keadilan. Apa yang terjadi di pusat ibukota ini sungguh seperti komedi. Tak usahlah dianggap tragedi, jika kita masih memiliki solusi dan bayangan indah untuk membuat dunia jadi lebih indah. Mesin-mesin politik mengisi jalan-jalan ibukota hingga ruas terkecil. Itu bukan masalah. Yang jadi masalah adalah pengemudinya tak tau cara menggunakan mobil. pejalan kaki tak ada lagi, karena pasti tergilas. Mobil besar, mobil kecil, saling berebutan ingin menikmati jalan tanpa gangguan, agar bisa sampai tujuan. Sebenarnya apa sih arti tujuan, jika akhirnya kita harus mengorbankan jalan yang saling terhubung itu jadi tanpa arah, dan membuat frustasi. Sebenarnya apa sih arti tujuan, jika kita tak bisa berbagi. Bervisi nihil namun memiliki kemampuan terbang, kini menjadi ciri para politisi-politisi yang tak bisa berkendara... Ilustrasi: Zaka

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun