Mohon tunggu...
Tarsy Emanuel
Tarsy Emanuel Mohon Tunggu... -

seseorang yang sedang dalam proses belajar dan berbagi...

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Kebahagiaan dan Skema-skema Ego

9 Agustus 2011   03:59 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:58 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Zona Wanita: Ada kebahagiaan yang berasal dari cinta, kreativitas dan kasih sayang dan ada skema-skema ego untuk berusaha menggapai kebahagiaan. Ego menyarankan semua jenis skema, akan tetapi skema-skema tersebut adalah cara-cara yang membangun dirinya sendiri. Sebagaimana strategi-strategi untuk kebahagiaan, skema-skema ego tersebut tidak bekerja dan biasanya mengarahkan kita pada banyak kepedihan, akan tetapi kita tetap mendengarkan ego sampai zona wanita akhirnya mempelajari pelajaran-pelajaran yang diberikan.

Misalnya, ego mengatakan kepada kita bahwa menjadi spesial akan membuat kita bahagia, akan tetapi ini hanya membuat kita merasa senang atau spesial untuk sesaat. Kemudian kita harus menjaga status kita dengan hati-hati pada orang yang tidak memperlakukan kita dengan cara yang kita pikir seharusnya diperlakukan.

Ego juga mengatakan kepada kita bahwa mendapatkan kebutuhan-kebutuhan kita akan membuat kita bahagia. Ego memiliki banyak sekali saran tentang bagaimana kita bisa melakukan ini: dengan mengambil dari orang lain, diambil dari, bekerja terlalu keras, kemalasan, rakus, tidak bisa bergantung, sakit, merebut perhatian, menyembunyikan diri kita, membalas dendam, patah hati, membayar kesalahan, memanjakan diri, mengorbankan diri, bersaing, memenangkan, menjadi paling buruk dan tetap terpisah. Semua itu hanyalah sedikit trik yang diperlihatkan oleh ego.

Paling pokok, ego menyarankan bahwa kita mengorbankan orang lain atau diri sendiri agar kebutuhan-kebutuhan kita tercapai. Ini termasuk memutuskan hubungan dengan seseorang untuk mendapatkan perhatian, simpati dan lain sebagainya. Kemudian ego menyarankan keterikatan dan mencoba mendapatkan kebutuhan-kebutuhan seketika, barangkali dengan terikat pada keluhan-keluhan.

Kemudian kita memiliki kebebasan, setidaknya di dalam pikiran-pikiran kita sendiri, untuk mengambil dan menjadi seseorang yang mengorbankan, dikarenakan apa yang telah terjadi pada kita. Ini adalah salah satu titik kebutaan yang besar yang kita miliki tentang semua tempat di mana kita telah dikorbankan. Jika kita tidak sembuh, maka kita akan menarik diri, melukai mereka yang mencintai atau kita merasa kalau kita memiliki carte blanche, suatu pembenaran untuk bertingkah laku karena kita telah terluka.

Seringkali setelah kita bergerak melalui kebergantungan dan pengorbanan, kita menjadi merdeka untuk meyakinkan bahwa kita tidak pernah terluka lagi. Akan tetapi sebagai hasilnya, kita menjadi pengorban yang kurang hati-hati. Dengan kata lain, jika kita dikorbankan dan tidak sembuh, maka kita terus melewatinya. Kita bisa melakukan seperti itu dalam bentuk-bentuk yang berbeda, akan tetapi kita terus melewatinya. Misalnya, seseorang yang patah hati sekarang bisa mencari untuk mengontrol orang lain untuk mencegah siapapun dari patah hati. Tingkat di mana kita sembuh, mencintai, bereaksi, berkomunikasi dan memaafkan, adalah tingkat di mana penyembuhan ini juga terus berjalan.

Beberapa skema ego kita bekerja untuk mendapatkan kebutuhan-kebutuhan kita secara instan, akan tetapi tidak pernah berlangsung lama. Meskipun kebutuhan-kebutuhan kita bisa tercapai, skema-skema ego tersebut akan datang kembali, maka skema-skema tersebut tidak membuat kita bahagia. Skema-skema tersebut hanya membangun ego dan membuat kita semakin terpisah dari kebahagiaan.

Ego berjanji untuk menghilangkan ketakutan kita, akan tetapi ego tersebut hanya akan melakukan ini secara parsial, karena ego sendiri adalah prinsip pemisahan, yang terbentuk dari ketakutan, kesalahan, kepedihan, persaingan, dominasi, penguasaan, kekhususan, perbandingan, penyerangan diri dan kepercayaan bahwa kita adalah tubuh kita.

Alternatif untuk mendengarkan ego adalah mendengarkan pikiran terdalam atau kata hati kita, yang akan menunjukkan kita cara menuju kebahagiaan dan membawa kebahagiaan melalui kasih sayang. Suara batin membantu kita menemukan jalan keluar dari skema-skema ego yang telah menjebloskan kita dalam kepedihan dan perangkap-perangkap, begitu kita mengetahui kesalahan-kesalahan kita. Hanya memerlukan kemauan untuk mau menendang ego dengan petunjuk dan kasih sayang.

Berubah ke arah kebahagiaan akan relatif mudah jika kita mau mengidentifikasi dengan suara hati daripada dengan ego. Ego mengatakan kalau ia akan membuat kita bahagia, dengan mengarahkan kita pada sebuah tujuan akhirnya. Ini adalah penyerangan diri terakhir dari ego, yang menginginkan kita mengidentifikasi tubuh kita sebagai diri kita, daripada dengan diri kita sebagai semangat. Ego menyerang kita, dengan mengatakan tubuh kita tidak cukup bagus untuk kita. Ego mengarahkan kita ke dalam perangkap yang begitu menyakitkan dan melelahkan. Ego menyarankan bahwa lebih baik mati daripada berubah, dan akhirnya merasakan bahwa ego bahkan lebih baik daripada kita.

Mari kita melihat berapa banyak kita melakukan investasi di dalam keluhan-keluhan, di masa lalu dan dalam usaha meyakinkan bahwa kebutuhan-kebutuhan kita terpenuhi. Setiap tempat di mana kita patah hati, atau di mana kita gagal atau telah dikorbankan merepresentasikan sebuah skema ego telah bekerja. Setiap kali kita merasa sedih, maka kita akan menemukan sebuah skema ego telah bekerja akan tetapi kita tidak akan menemukan lebih dari keberhasilan, cinta dan kebahagiaan sementara. Kita mungkin berpikir bahwa kebutuhan atau kepedihan kita akan mendorong orang lain untuk merespon, akan tetapi hal itu tidak akan benar-benar terjadi, selama ego berada di dalam kontrol kesadaran.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun