Siapa dia yang telah merebut hatiku.
Membicarakan tentang cinta dan tak bermaksud menyampaikannya.
Siapa dia yang ada dalam kehidupanku.
Melayang-layang bukan dalam imajinasiku.
Siapa dia yang mampu menumbuhkan rasaku.
Sedangkan tak berani melangkah untuk menyuburkannya.
Siapa dia yang selalu aku bicarakan.
Dan dia tak pernah ingat.
Siapa dia dalam diri manusia itu.
Berkeliaran tak jelas mengikuti jejakku.
Siapa dia yang istimewa itu.
Aku tak pernah sengaja mengistimewakan dia.
Siapa dia yang tak sanggup memahami jiwaku. Menggunakan insting murahan untuk memaksaku.
Renungku, semakin menguatkan keraguanku tentang dia. Tapi perasaanku, semakin mendewasakan rasaku terhadap dia.
Aku mencintainya dari sudut pandang cinta.
Dan aku akan tetap membencinya karena pikiranku masih waras.
Biarlah cinta menafsirkan hidupnya sendiri. Dan jangan pernah berkomentar tentang kisah cinta.
Cintaku tidak bernada moralis, karena dia berani berdusta.
Cintaku tidak juga mengalun melankolis.
Karena hanya sebuah pengalaman hasrat jiwa yang keras.
Siapa saja dia yang menganggap dirinya berpengalaman dengan cinta.
Aku ucapkan terima kasih ketika dia telah bersahaja menabur cinta, tanpa mau mengendalikan sumber cinta.
Dua tahun sudah ceritaku berlalu. Kumasukkan dalam botol, kulempar jauh-jauh, dan kembali juga.
Ah!!! Sial!!!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI