Mohon tunggu...
Zonan Ikbal Majid
Zonan Ikbal Majid Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Aktif 22107030072 UIN Sunan Kalijaga

Membahas hal random yang terjadi dan menjadikannya berita.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mending Beli Beras atau Beli Rokok?

13 April 2023   07:00 Diperbarui: 13 April 2023   06:56 621
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rokok yang beredar di pasaran. Sumber : dokumen pribadi

            Kebutuhan primer seseorang mencakup kepada tiga hal, yaitu sandang, pangan, papan. Semuanya harus terpenuhi kebutuhannya agar dapat menjalani kehidupan sehari-hari. Terutama kebutuhan pangan, setiap hari pastinya kita membutuhkan makanan sebagai sumber energi kita untuk melakukan banyak kegiatan, tepatnya makan untuk hidup.

            Sebagai sebuah negara agraris, Indonesia kaya akan sumber daya pangannya. Sebagian besar masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani, yang menjadikan beras sebagai sumber utama kebutuhan karbohidrat masyarakat Indonesia. Mereka beranggapan "kalau belum makan nasi, maka belum dianggap makan". Maka terciptalah kalimat "rela bekerja banting tulang hanya demi sesuap nasi" dengan pernyataan tersebut kebutuhan akan beras sangatlah penting, mereka rela bekerja apa saja asalkan dapat membeli beras untuk mencukupi kebutuhan makan mereka sehari-hari. Namun bagi sebagian orang, terutama perokok, kurang lengkap rasanya apabila setelah makan tidak menghisap rokok. Dengan begitu, dapat disimpulkan bahwa rokok adalah kebutuhan pelengkap setelah kebutuhan utama mereka terpenuhi.

            Perlu diketahui, Indonesia merupakan negara dengan persentase perokok yang tinggi dan hal tersebut terus bertambah setiap tahunnya. Dikutip dari kemkes.go.id, Jumlah perokok dewasa di Indonesia mengalami peningkatan dalam sepuluh tahun terakhir. Hasil Global Adult Tobacco Survey (GATS) 2021 yang diluncurkan Kementerian Kesehatan (Kemenkes), terjadi penambahan jumlah perokok dewasa sebanyak 8,8 juta orang, yaitu dari 60,3 juta pada 2011 menjadi 69,1 juta perokok pada 2021. Meskipun prevalensi merokok di Indonesia mengalami penurunan dari 1,8% menjadi 1,6%.

            Dengan data yang demikian, dapat dibuktikan bahwa rokok seolah-olah telah menjadi suatu kebutuhan utama yang tidak dapat dipisahkan dari gaya hidup masyarakat Indonesia, sehingga tak jarang, mereka mengesampingkan kebutuhan pangan mereka seperti membeli beras, namun lebih memilih untuk membeli rokok. Hal tersebut merupakan sebuah fenomena yang sangat memprihatinkan, dimana yang seharusnya sumber karbohidrat yang harus dipenuhi akan tetapi diganti dengan batang rokok yang hanya membuat ketenangan sementara.

            Notabene masyarakat yang melakukannya adalah orang miskin, dan telah banyak survei yang membuktikan bahwa hal tersebut benar adanya. Memang tidak bisa dipungkiri, tingkat sumber daya manusia yang masih rendah di negara tercinta kita ini lebih memilih rokok daripada beras. Akan tetapi terdapat banyak hal dan alasan, kenapa mereka menduakan membeli beras dan mengutamakan membeli rokok apabila ditinjau dari dari berbagai perspektif.

Harga beras di pasaran. Sumber : manado.tribunnews.com 
Harga beras di pasaran. Sumber : manado.tribunnews.com 

Harga rokok yang relatif murah

            Bagi sebagian orang harga beras sekilo dianggap mahal dan lebih memilih untuk membeli rokok. Apalagi rokok dapat dibeli secara ketengan atau eceran, sehingga harganya murah. Dengan pemikiran seperti itu, menjadikan banyak orang yang mementingkan membeli rokok terlebih dahulu sebelum  membeli kebutuhan pokok yang lainnya.

Mendapat ketenangan dan kenikmatan dalam waktu yang singkat

            Setelah suntuk seharian bekerja, tentu setiap individu menginginkan ketenangan atau refreshing. Dengan merokok, mereka akan merasa lebih tenang karena mengonsumsi nikotin yang terdapat didalamnya, walaupun efek yang diberikan hanya sementara. Daripada mereka harus mengolah beras terlebih dahulu, agar kemudian menjadi nasi yang lebih banyak waktu digunakan. Intinya kegiatan merokok lebih simpel dan tidak ribet juga tidak perlu melakukan banyak usaha untuk mendapatkan kenikmatan.

Tuntutan gaya hidup

            Selain dua penyebab diatas, faktor dari lingkungan juga ikut andil. Merokok sudah menjadi suatu gaya hidup, seperti untuk bersosialisasi dengan suatu kelompok sosial. Mereka menganggap bahwa dengan merokok, membuat mereka menjadi percaya diri dan mudah bergaul serta berbaur dengan suatu kelompk sosial. Selain itu, rokok juga dipandang sebagai penentu status sosial. Dari banyaknya merek rokok yang beredar di pasaran, tentu terdapat perbedaan harga dari setiap rokok, hal tersebutlah yang menjadi dasar kenapa rokok berhubungan dengan status sosial seseorang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun