Mohon tunggu...
Aisyah Nawangsari Putri
Aisyah Nawangsari Putri Mohon Tunggu... Wiraswasta - Small town girl. Took the midnight train, going anywhere.

Freelance writer Email: zonaisyah@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Belajar Optimis dari Pedagang Kecil

4 November 2014   09:00 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:44 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memutuskan untuk menjadi wirausaha memang tidak mudah. Setelah mengambil keputusan, ternyata melakoninya pun tidak mudah. Jujur saja, saya hampir putus asa, padahal baru dua bulan menjalaninya.Namun hari ini Tuhan memberikan saya pelajaran yang sangat berharga. Pelajaran hari ini berawal dari status seorang teman di facebook yang bertanya pada diri sendiri mengapa ia sebagai pengusaha tidak bisa se-optimis pedagang kecil yang harus memanggul dagangannya kesana kemari dan susah sekali lakunya. Padahal teman saya itu pedagang dengan skala lebih besar dan tidak perlu khawatir hari ini akan makan apa (karena uangnya masih cukup untuk kehidupan sehari-hari).

Membaca itu saya merasa ditampar. Saya ini harusnya bersyukur karena masih ada orang tua yang bisa menanggung biaya hidup saya jika bisnis saya tidak berjalan mulus. Tapi kenapa bisa-bisanya saya merasa putus asa dengan bisnis yang baru saya jalani dan merasa iri dengan kaum karyawan yang tiap bulan pasti mendapat uang segitu tanpa perlu berpikir terlalu keras.

Jujur saja beberapa kali saya tergoda untuk menjalani hidup sebagai karyawan biasa saja. Padahal progress bisnis saya juga tidak jelek-jelek amat, cuma kurang kenceng aja, tidak sebagus harapan. Kalau dipikir-pikir, itu hanya cobaan kecil seorang pengusaha. Kalau cuma begini saja saya sudah menyerah, bagaimana nantinya? Alhamdulillah hari ini saya disadarkan lagi kalau nasib orang memang bisa berubah asal dia sabar menunggu dan mau berusaha.

Sepanjang perjalanan dari Malang ke Surabaya tadi saya melihat beberapa pedagang asongan dan PKL yang menjajakan dagangannya. Ada yang menjual kacang rebus (jajanan yang sudah tidak begitu populer), roti goreng, lalapan ayam goreng, nasi goreng, hingga pakaian. Beberapa sedang sibuk meladeni pembeli, beberapa duduk-duduk saja karena sedang sepi pembeli. Terkadang dagangan laris terbeli, terkadang masih ada sisa, terkadang masih utuh. Tapi mereka tidak menyerah. Mereka percaya di antara ratusan orang di terminal dan di jalanan, akan ada satu dua orang yang membeli dagangan mereka. Rasa 'percaya' ini yang harus saya punya. Percaya bahwa Tuhan itu baik dan akan selalu ada rejeki bagi yang mau bekerja. Percaya bahwa Tuhan tidak akan mengkhianati mereka yang mau bekerja keras.

Para pedagang kecil itu mungkin terpaksa bekerja keras menjajakan dagangannya karena mereka tidak punya pilihan lain, berbeda dengan saya yang masih punya pilihan untuk tetap menjadi karyawan biasa. Tapi tanpa rasa optimis bahwa Tuhan akan memberi rejeki bagi mereka, mereka tidak akan bertahan berjualan.

Hari ini saya belajar bahwa rasa optimis-lah yang bisa membuat saya bekerja lebih keras lagi. Optimis bahwa Tuhan akan membukakan jalan bagi saya jika saya tidak berhenti mencari jalan itu. Optimis bahwa di antara 250juta orang di Indonesia, tidak mungkin semuanya mengabaikan bisnis yang saya kerjakan, pasti ada satu dua orang yang menjadi pelanggan saya dan jumlahnya akan terus bertambah.

Tetap optimis!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun