Sudah tidak heran lagi melihat tumpukan limbah kelapa berserak di banyak tempat. Mengingat konsumsi kelapa tak kian surut peminatnya, begitu pula dengan sisa hasil sampahnya yang tak kunjung terselesaikan.
Bila mungkin orang-orang terdahulu menggunakan limbah kelapa sebagai bahan bakar seperti briket arang, hal yang sama dilakukan pula oleh penduduk Dusun Krajan. Mengamati hal itu membuat tim mahasiswa Universitas Brawijaya memutuskan untuk menanggulangi limbah tersebut melalui program pengabdian masyarakat yang berlokasi di Dusun Krajan, Desa Srimulyo, Dampit, Kab. Malang.
Upaya yang tim usahakan ialah memanfaatkan limbah kelapa untuk diambil sabut kelapanya menjadi produk berdaya guna, yakni cocopeat dan cocofiber. Sebagian orang mungkin sudah tidak asing dengan barang ini, namun tidak banyak orang tahu cara mengolahnya. Dengan daya yang ada, tim juga bantu memberikan solusi dengan menyumbang mesin chopper sabut kelapa.
Bukan hanya permasalahan limbah saja yang melatarbelakangi tim ini beraksi, melainkan juga potensi yang melekat pada kedua produk. Cocopeat sebagai media tanam alternatif dari penggunaan pupuk biasa. Sedangkan cocofiber dipergunakan untuk bahan pembuatan produk kerajinan. Disini penduduk setempat juga dikenalkan cara penanaman menggunakan media tanam cocopeat dan cocofiber.Â
Potensi tersebut dapat dimanfaatkan pelaku sebagai ladang usaha yang berpeluang besar dikala pandemi yang masih berlangsung maupun di waktu lebih lanjut. Ditambah reaksi positif serta dukungan dari berbagai pihak mulai penduduk setempat hingga petinggi daerah, meyakinkan bahwa kegiatan ini layak diperhitungkan.
Diharapkan dengan kegiatan program yang diadakan ini menjadi contoh untuk jalan keluar atas persoalan yang dialami juga oleh daerah-daerah lain. Karena seperti kata pepatah tidak ada limbah yang tidak bisa dipergunakan sebelum diusahakan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H