harimu adalah jejalan panjang di antara pagi yang lekas dan senja menjadi garis batas antara pergi lalu kembali dan yang tak kembali pergilah tuliskan sajak-sajakmu bersama penambat-penambat luka susuri setiap keteduhan tanpa tangis yang dibawa nyanyian bangsi kenangan adalah milikmu seutuhnya: tentang titik yang pernah ada bersambung-sambung seperti bebarisan rambung-rambung muda seperti cinta yang kau napaskan dan kau kubur di ruang jantungmu menjadi sepatah ranting kering lalu bersisa bara dan abu di tungku maka bawalah kerinduan itu menjadi kerinduan tanah pada jejak lepaskan bagai biji-biji dandelion yang berpencar di tiupan sendalu sebanyak cerita yang kau titip seiring rumput-rumput hilang nyawa terkerat di pucuk-pucuk muda di ujung lidah angonanmu, gembala kau dengarlah nada-nada kesunyian dari senja pencuri matahari itu sapaan sendalu yang mendayu bersama sepat bunga-bunga pisang pun melodi pilu bangsi yang terhenti oleh teriakan mengajak pulang diam--savana ini menyimpan lagu-lagu yang membuntal jantungmu lekaslah gembala, bayang-bayang kan segera hilang di ujung petang saatnya melepas lamunan tentang yang sudah dan yang akan hilang pada rumput-rumput hijau, daun yang kering dan kaki yang telanjang hari ini cukup sudah jejak tapak yang kau tinggalkan untuk dikenang * besok masih akan datang, sampai dia memutuskan tak lagi datang _________________________________________________________ sumber gambar: www.dphotographer.co.uk
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H