/1/
Kata cahaya
Puisi-puisi selendang perempuan bergaun sutera
Berjerang semerah rona pipi selembut jingga senja
Asalmulah dunia, sebab kata adalah segala mula
Gaungmu,
gaungmu
Menepuk langit, menyentuh hulu tanah
Di ujung napaslah engkau berserah pada sejarah
/2/
Ketika jalanan sudah menjadi seteguk pelan yang merayap
di gulir sayap cahaya kunang-kunang
menghapus jejak-jejak pagi yang tak lagi lekat
melambatkan darah minyak di sumbu semprong
sebelum semuanya akan menjadi redup
dan bagianmu diam setenang lengang kabar bintang
yang enggan memucuki malam
sudahlah hati tak punya kaki untuk berlari
tak punya tangan untuk mencengkram
melipat masa lalu, meraih tungkai kapal
atau menyulam jalan benang-benang terang
dari nyawa gelap di mana kau bernapas senggal
tepi kau sudahkan menjadi tengah
lalu tengah menjadi pucuk tak berujung
di sananlah kau tertambat tanpa tau jalan pulang
di sanalah kau terkubur tanpa kembang tanpa tembang
menjadi mangsa hutan yang menggila
setelah lagu kekalahan terdengar di tengah pesta pora
sudahlah kau, lagu merdu yang kau recoki sendiri
dengan syair yang memilih mati
bagaimanapun kau akan menyebut nama sebuah ujung
kelak ketika purnama menyerah
pada tatapan bintang yang makin enggan memucuki malam
kau adalah tidur panjang yang tak lekang
menjadi rasa terbentuk dalam jingkrak hambar
menjadi perempuan dalam samar
/3/
Talita talita kum!
Maka dengar dan sesaplah angin surga dari langit yang terbuka
Ikutlah segala nyanyian yang menjalari setiap rongga
Yang mengalir berhulu arti berhilir arti