Bahasa Indonesia merupakan bahasa ibu bagi banyak orang. Namun bagaimana bisa Bahasa yang merupakan bahasa pertama setiap orang, tapi banyak sekali terjadi penyimpangan dalam menggunakan Bahasa Indonesia? Tidak banyak dari masyarakat Indonesia, yang benar benar memahami Bahasa Indonesia meskipun banyak digunakan dalam percakapan sehari – hari. Dalam mata pelajaran siswa di sekolah saja, Bahasa Indonesia dinilai lebih sulit daripada mata pelajaran lainnya. Lantas, metode apa yang perlu untuk dilakukan agar penyimpangan bahasa ini tak terjadi hingga generasi selanjutnya?
Contoh kecil dari penyimpangan Bahasa Indonesia, dapat kita temui dalam kehidupan sehari – hari saat berdialog. Entah itu dalam percakapan langsung, maupun percakapan dalam metode ketik di media massa. Misalnya saat bertanya tentang kabar melalui media aplikasi seperti Whatsapp yang terdapat kalimat “Kamu lagi dimana?”. Kata “Dimana” dan “di mana” seringkali keliru. Penulisan yang seharusnya itu “di mana”. Karena kata “di” sebenarnya merupakan kata depan awal kalimat, dan bukan untuk kata imbuhan.
Banyak dari platform media massa yang keliru dalam menggunakan bahasa. Benar adanya, bahwa kita berada dalam generasi yang melek akan teknologi dan hidup dalam era globalisasi. Namun dengan mengimbuhi kata dan membuatnya seolah - olah menjadi Bahasa Indonesia, tidaklah benar adanya. Melalui pengalaman pribadi saya, saat mau mengunggah video pada media sosial, yang tertera di indikator pengunduhan bukanlah bertuliskan “Mengunggah, 1%”, namun bertuliskan “Mengupload, 1%”. Kata kata ini jelas tidak baku, dan salah dalam penggunaan. Bagaimana mungkin kata upload yang merupakan kata Bahasa Inggris, digunakan dalam Bahasa Indonesia dengan tambahkan imbuhan.
Contoh ketiga, dan paling fatal dalam berbahasa yang sering keliru itu berpusat pada kata kata formal/baku. Banyak dari kita yang masih salah kaprah tentang kata baku yang seharusnya. Misalnya pada kata “kantung” dan juga “kantong”. Mungkin ketika kita membaca, dan mencoba memilih mana yang merupakan kata baku, kita akan berpikir bahwa “kantung” merupakan bahasa baku dari kantong. Ternyata, salah kaprah! Bahasa baku yang benar, itu tetaplah kantong. Lalu bagaimana dengan kata – kata lain?
Contohnya: kaos, Kharisma, dan juga komersil? Kata yang baku adalah kaus, karisma dan juga komersial. Pertama kali saat saya mendengar hal ini, tentunya kaget.. kata yang kita anggap baku, ternyata adalah penggunaan kata tidak baku.
Semua contoh yang ada diatas, saya alami sendiri secara personal. Semoga dengan opini yang saya berikan ini, kita bisa lebih berhati – hati dengan menggunakan Bahasa Indonesia. Karena, belum tentu kata yang terdengar lebih asing, ataupun biasa dikatakan merupakan bahasa baku ataupun bahasa yang seharusnya. Penting bagi kita semua untuk memahami dan mempelajari struktur berbahasa Indonesia. Bagaimana mungkin, Bahasa yang kita gunakan dalam kehidupan sehari hari, bisa salah penggunaanya. Pastinya hal ini akan menjadi hal memalukan bagi bangsa tercinta ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H