Mohon tunggu...
ZOEBED
ZOEBED Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Aku yang suka berkelana

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Dulu Aku Tak Bisa Menulis

15 September 2016   09:35 Diperbarui: 15 September 2016   09:41 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Belajar menulis"][/caption]Pelajaran bisa kita dapatkan dari mana saja meskipun tak sesuai dengan jenjang pendidikan yang digelutinya semasa kuliah dulu, yaaa memang bukanlah satu jaminan bagi setiap individu yang kuliahnya difakultas A (misalnya) bakal menekuni pekerjaan yang sesuai dengan fakultasnya. Yahhh inilah nasib mungkin.

Pada hari Rabu 14 September 2016 saya diajak turun kejalan oleh teman untuk menuntut keadilan atas dilepaskannya oknom wartawan gadungan yang telah dilepaskan oleh pihak kepolisian (tapi saya tidak mau bicara masalah itu karena sudah banya media yang menulis tentang kasus tersebut)

Sekira akhir tahun 2014 saya mulai masuk kedunia jurnalis dan tergabung dalam media cetak dan online. Ada satu cerita yang membuat saya panas (sakit Hati). Ketika itu saya menulis berita dan setelah dikoreksi oleh pihak redaksi ternyata tulisan dirubah semua redaksinya tapi tujuanya tetap sama, kemudian salah seorang teman bilang ke saya "piye tulisane kok salbu ngene pak" (bagaimana tulisannya kok acak-acakan gini pak) katika itu saya panas atau sakit hati, tetapi saya tidak marah. Ini adalah cambukan dan koreksi buat supaya jurnalis itu harus bisa menulis, " Kalau tidak bisa menulis bukan Jurnalis namanya" bicara sendiri dalan hati.

Lambat laun saya terus mendekati temanku itu yang telah lebih dulu pintar nenulis (menurut saya) bakan menjauhi, kemudian saya terus membaca berbagai media untuk menambah khasanah keilmuan menulis saya, walaupun sejatinya saya belum pernah mengikuti pelatihan tentang tulis-menulis atau UKW (uji kompetensi wartawan).

Sekira bulan April 2016, saya memfakumkan diri dari media karena harus menyelesaikan tugas study akhir S2 saya disalah salah satu perguruan tinggi.

Dunia jurnalis telah banyak mengajarkan saya tentang kebersamaan, kekompakan dan jiwa korsa dan yang tak kalah pentingnya adalah dunia tulis menulis. 

Saya ucapkan terimaksih kepada temen-teman yang telah menjadi guru saya dalam tulis menulis: mas Minto Setyo Wahono yang telah merombak tulisan saya pertama kali itulah pelajaran pertama kali yang saya dapatkan darinya walaupun sejatinya mas minto tak pernah mengajari saya tapi itulah ilmu yang saya dapatkan darinya. sahabatku Fahmi Robith yang telah menjadi cambuk buat saya untuk terus menulis, dialah orang yang mengatakan tulisan saya acak-acakan, tapi itulah semangat seorang sahabat.

Mas Maz Imam guru saya yang telah mengarahkan saya untuk menulis karena memang pertama kali saya masuk kemedianya Suara Jatim Post terimakasih mas imam. Mas Suliyadi Setiawan Suliyadi Setiawan yang terus mendampingi saya untuk menulis berbagai berita waktu itu. Mas Nanang Hidayat yang jadi pendamping ngopi dan inspirasi saya. Berita Pena (penanusantara.net) yang telah menjadi wadah untuk saya berkreasi.

Dan teman-teman yang lain yang tak bisa saya sebutkan satu per satu. Kalian semua adalah guru dan sahabat-sahabat yang membuat saya bisa menulis.

 

Wartawan tugasnya adalah menulis bukan memeras.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun