Merdeka belajar. Menarik. Â
Ini adalah frase yang berdengung dimana-mana khususnya sejak pelantikan Mendikbud Nadiem Makarim.
Bagi saya sendiri, merdeka belajar berarti kemerdekaan dalam menentukan pelajaran yang kita inginkan, cara kita mempelajarinya, dan tentu saja kemerdekaan dalam mengakses apa yang kita ingin pelajari.
Kemerdekaan belajar ini mungkin belum bisa dirasakan oleh banyak orang di Indonesia, namun bila kamu termasuk orang-orang yang begitu beruntung hidup dengan fasilitas internet memadai, maka jangan sia-siakan kesempatan ini.
Bagi kamu yang tinggal diperkotaan, kemerdekaan belajar ini tentu sudah bisa terasa. Kamu cukup hanya perlu browsing tentang apa yang menjadi pertanyaan dalam diri dan kamu bisa memilih dengan metode apa kamu ingin belajar, seperti membaca text? mempelajari gambar dan diagram? menonton video? mendengarkan audio kuliah? Hingga bergabung dalam sebuah komunitas untuk berdiskusi.
Begitu banyak cara, begitu banyak informasi. Â Â
Lalu di tengah arus informasi yang kian deras dan pengetahuan yang kamu bisa pelajari dimana-mana dengan akses internet, pertanyaannya bagaimana membuat pengetahuan ini bertahan lama? Bagaimana membuat segudang informasi yang kamu dapatkan tersebut menjadi sebuah skill dalam hidup yang menunjang kamu menuju cita-cita tertinggi?
Bukankah semakin mudah kamu mendapatkan sesuatu terkadang membuat kamu semakin mudah melupakannya?
Dalam pembelajaran apapun terdapat sebuah konsep yang bisa dilakukan untuk membuat segudang informasi dan pengetahuan tersebut tidak hanya lekang dalam ingatan kita namun juga bermanfaat untuk sesama. Konsep ini dikenal dengan pola belajar 4H, yaitu: Head, Heart, Hand, and Help.
1. Head atau Kepala sering kali sebagai pintu masuk awal sebuah pengetahuan atau informasi. Informasi yang kadang belum kita ketahui manfaatnya.Â
Informasi yang terkadang masuk secara tidak sengaja saat membaca, menonton video, atau bahkan berdiskusi. Informasi yang terdengar kemudian tersimpan.Â