Pernahkah Anda merasa seperti pemain sirkus profesional, memainkan berbagai mainan sekaligus dengan lihai? Atau malah lebih mirip pesulap amatir yang tak sengaja menghilangkan semua kelinci dari topinya? Yup, kita sedang membicarakan multitasking, saudara-saudara!
Multitasking, atau kemampuan untuk melakukan beberapa tugas secara bersamaan, sering dianggap sebagai keterampilan super yang wajib dimiliki di era serba cepat ini. Tapi tunggu dulu! Sebelum Anda berlari ke toko terdekat untuk membeli kostum Gundala, mari kita telisik lebih jauh tentang fenomena yang satu ini.
Apa Itu Multitasking?
Secara sederhana, multitasking adalah upaya untuk menangani lebih dari satu tugas atau aktivitas dalam waktu yang bersamaan. Bayangkan Anda sedang mengetik laporan penting, sambil mendengarkan podcast favorit, dan sesekali melirik notifikasi WhatsApp yang tak henti-hentinya berdering. Selamat! Anda baru saja melakukan multitasking tingkat dewa.
Tapi tunggu sebentar. Apakah benar otak kita mampu fokus pada banyak hal sekaligus? Atau jangan-jangan kita hanya membohongi diri sendiri?
Mitos dan Fakta: Membongkar Kedok Multitasking
1. Mitos: Multitasking Membuat Kita Lebih Produktif
Banyak orang percaya bahwa dengan melakukan beberapa tugas sekaligus, mereka bisa menyelesaikan lebih banyak pekerjaan dalam waktu yang lebih singkat. Sayangnya, fakta berkata lain.
Penelitian yang dilakukan oleh psikolog David Meyer dari University of Michigan menunjukkan bahwa multitasking sebenarnya bisa mengurangi produktivitas hingga 40%. Wow, itu seperti membuang hampir setengah hari kerja Anda hanya untuk berpindah-pindah antara tugas!
2. Fakta: Otak Kita Sebenarnya 'Task-Switching', Bukan Multitasking