Mohon tunggu...
Zulfi Fauzan
Zulfi Fauzan Mohon Tunggu... -

Tomorrow will be different

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Nanopatch, Jarum Suntik Tanpa Rasa Sakit

10 April 2017   14:11 Diperbarui: 10 April 2017   21:30 928
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mark Kendall, penemu Nanopatch, sedang menguji coba Nanopatch. Photo from http://nationalgeographic.com

Anda takut jarum suntik? Perangkat medis baru ini bisa jadi alternatifnya.Nanopatch, perangkat medis yang dilengkapi dengan ribuan paku kecil kering yang dilapisi vaksin yang dapat meminimalisir rasa sakit ketika anda disuntik.

Jarum suntik telah menimbulkan ketakutan pada banyak pasien sejak tahun 1850. Tetapi kini, ada temuan perangkat medis terbaru yang menjanjikan pengobatan efektif yang jauh dari rasa sakit.

Insinyur biomedis Mark Kendall membuat Nanopatch, perangkat medis bebas jarum yang lebih mungil dari perangko, tetapi memiliki efek besar. Portabilitasnya dapat membantu menurunkan tingkat kematian globar dari tuberkulosis, malaria, HPV, dan penyakit-penyakit menular lainnya. Bahkan perangkat ini dapat memberantas penyakit polio.

Nanopatch tidak seperti kebanyakan vaksin yang memerlukan perlindungan dingin berantai untuk menjaga khasiat obat dari pabrik hingga penyimpanan. Perangkat ini justru dilengkapi dengan ribuan paku kecil kering yang dilapisi vaksin. Fitur ini menjadi anugerah bagi daerah-daerah yang belum berkembang dan kekurangan listrik agar suhu dingin obat tetap terjaga.

Selain itu, Nanopatch yang menempel pada kulit dengan perangkat pegas, mendorong obat ke dalam beberapa sel di bawah kulit. Dengan demikian, tanggapan imun akan lebih efektif dibanding jarum suntik, yang memasukkan obat melalui otot. Perangkat ini juga lebih aman dibanding jarum suntik, yang melukai banyak pasien dan menjadi celah penyebaran penyakit pada petugas medis.

Kendall pertama kali merancang Nanopatch pada 2004, ketika ia masih menjadi peneliti di Oxford University. Ia juga telah mencari tahu potensi penggunaannya di Papua Nugini, salah satu negara dengan tingkat kasus kanker serviks terkait HPV paling tinggi di dunia, tetapi tak memiliki akses terhadap pengobatan preventatif.

Awal tahun ini, Vaxxas bersama tim peneliti Kendall di University of Queensland's Australian Institute for Bioengineering and Nanotechnology dan WHO, menguji vaksin virus polio yang tidak aktif pada tikus laboratorium. Tes tersebut menemukan bahwa Nanopatch efektif menggunakan 1/40 dari dosis vaksin virus polio 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun