"Kak, pengen pulang," rengek Mita pada kakaknya. Gadis kecil itu mengayunkan tangan Deva beberapa kali.
Deva bersimpuh merendahkan badannya agar bisa leluasa menatap wajah sang adik. "Katanya mau liburan di Bandung?" Deva menyelipkan rambut Mita ke belakang telinga kemudian mengusap pipinya, "kita kan baru sampai seminggu yang lalu."
Mita menunduk. Entah apa yang membuat gadis kecil itu meminta pulang.
"Jangan sedih gitu dong, nanti puasanya batal." Deva memeluk Mita dan mengusap rambutnya dengan lembut. "Gimana kalau nanti sore kita jalan-jalan?"
Mendengar itu, Mita menjadi bersemangat dan langsung melepas pelukannya, "Horeeeee!!!"
Matahari mulai meredup, sesuai janjinya, Deva mengajak sang adik berkeliling kota Bandung atau lebih tepatnya jalan-jalan di sekitar tempat kosnya. Lagi pula masih ada hari esok dan esoknya lagi, entah sampai kapan, untuk menjelajah kota tersebut.
Tempat itu benar-benar terlihat seperti pasar. Aneka ragam makanan dijajakan disana. Bukan hanya itu, melainkan juga pakaian, lukisan, sepatu bahkan tempat bermain untuk anak-anak. Suasana seperti ini mungkin tidak akan Deva temui di kampung halamannya. Bukannya tidak ada, hanya saja tidak seramai, dan semeriah di sana.
"Kakak, kapan kita pulang?" Mita mengambil bola berwarna putih dan melemparkannya ke dalam ring. Tidak masuk.
Deva mengambil bola berwarna merah kemudian dalam hitungan sekejap bola tersebut dapat melewati ring dengan mulus. "Kamu ga suka disini?"
Mita tersenyum. "Suka." Gadis kecil itu merentangkan tangannya, Deva menyambutnya dan menurunkan Mita dari tempat semula. "Tapi aku kangen sama teman-teman." Mita menunjukkan jarinya satu per satu seperti sedang berhitung. "Sama Lisa, Mona, Ratu, Ima terus... Ata."
"Tapi kan kakak masih kuliah, gimana dong?" Deva merendahkan badannya kemudian menggendong sang adik.